Aung San Suu Kyi ketika menerima Nobel Perdamaian tahun 2012.

Koran Sulindo – Setelah mendapat kecaman dari dunia internasional, Aung San Suu Kyi, pemimpin sipil Myanmar menyerukan perdamaian untuk menyelesaikan konflik sosial di negaranya. Ia akan tetapi tidak tegas menyerukan perdamaian itu komunitas apa walau dunia tahu warga Rohingya mendapat penindasan brutal dari militer Myanmar.

Karena itu pula, PBB lalu menyelidiki tentang dugaan genosida terhadap warga Myanmar. Suu Kyi menyampaikan seruannya ketika menghadiri pertemuan internasional yang digelar oleh Gereka Persatuan.

Dikatakan Suu Kyi, konflik hanya menebar rasa ketakutan dan memproduksi siklus kebencian. Niat demikian akan selalu membuka konflik baru dan memadamkan upaya perdamaian. Itu sebabnya, ia menyeruka kerja sama antar-negara untuk mencari solusi perdamaian dan kesejahteraan bersama.

“Hanya dengan mempromosikan budaya perdamaian dunia yang saling membutuhkan ini maka akan tercipta harmonis antara berbagai negara dan masyarakat,” kata Suu Kyi seperti dikutip Channel News Asia pada Sabtu (1/12).

Posisi Suu Kyi di Myanmar adalah penasihat negara atau setara dengan Perdana Menteri. Karena posisinya dan pernah mendapat Nobel Perdamaian, dunia internasional mengecamnya karena tindakan kejam milite Myanmar terhadap warga Rohingya pada Agustus 2017. Disebutkan lebih dari 700 ribu orang warga Rohingya telah mengungsi dari Rakhine terutama ke Bangladesh karena khawatir menjadi korban militer.

Banyak dari mereka yang menjadi korban pembunuhan, pemerkosaan, dan desa mereka telah rata dengan tanah. Militer Myanmar berkeras sasaran mereka hanyalah gerilyawan Rohingya. Sementara Suu Kyi menolak segala kritik yang dituduhkan kepadanya. [KRG]