Koran Sulindo – Selain mengabarkan kondisi kantong ‘kering’ seperti biasa, kembali dalam suratnya kepada sahabatnya yang mendirikan pesantren, Bung Karno menyarankan agar memperbanyak ‘pengetahuan barat’ kepada murid-murid pesantren.
Bung Karno menganggap Islam-scholars masih sangat sekali kurang pengetahuan modern-science yang tak hanya mencakup pengetahuan Quran dan hadis saja. ‘Islam science’ adalah pengetahuan Quran dan hadis plus pengetahuan umum! Orang tak dapat memahami Quran dan hadis, kalau tak berpengetahuan umum.
“Bagaimanakah orang bisa mengerti betul-betul firman Tuhan, bahwa segala barang sesuatu itu dibikin oleh-Nya “berjodoh-jodoh”, kalau tidak mengetahui bilogi, tak mengetahui elektron, tak mengetahui positif dan negatif, tak mengetahui aksi dan rekasi?” tulis Bung Karno pada surat bertanggal, 22 April 1936 itu.
Selain menyarankan menambah pengetahuan modern dan scientific Bung Karno berharap pesantren di ajar oleh mubalig-mubalig bermutu tinggi. M Natsir adalah salah satu yang dianggap Bung Karno bermutu tinggi itu.
“Saya punya keyakinan yang sedalam-dalamnya ialah, bahwa Islam di sini; ya di seluruh dunia, tak akan menjadi bersinar kembali kalau kita orang Islam masih mempunyai ‘sikap hidup’ secara kuno saja, yang menolak tiap-tiap ‘ke-barat-an’ dan ‘kemodernan’,” tulis Bung Karno.
Sementara Al Quran dan hadis tetap merupakan hukum tertinggi, Al Quran dan hadis baru bisa menjadi menjadi pembawa kemajuan jika ‘dibaca’ dengan berdasarkan pengetahuan umum.
Berikut kutipan lengkap surat Bung Karno kepada sahabatnya itu;
Ende, 22 April 1936
Assalamulaikum,
Tuan, postpakket yang pertama, sudah saya terima. Postpakket yang kedua sudah datang pula di kantor pos, tetapi belum saya ambil, karena masih ada satu-dua kawan yang belum setor uang kepada saya. Padahal saya sendiri dalam keadaan ‘kering’ sebagai biasa, sehingga belum bisa menalanginya. Tapi dalam tempo tiga-empat hari lagi, niscayalah kawan-kawan semua sudah setor penuh.
Di dalam paket yang pertama itu, ada ‘ekstra’ lagi dari Tuan, yaitu jambu biji mede. Banyak terima kasih. Kami seisi rumah, itu hari berpesta lagi biji jambu mede, seperti dulu. Juga saya membilang banyak terima kasih atas tuan punya hadiah buku serta pinjaman buku.
Kabar tentang berdirinya pesantren sangat sekali menggembirakan hati saya. Kalau saya boleh memajukan sedikit usul: hendaklah ditambah banyaknya ‘pengetahuan barat’ yang hendak dikasihkan kepada murid-murid pesantren itu. Umumnya adalah sangat saya sesalkan, bahwa kita punya Islam-scholars masih sangat sekali kurang pengetahuan modern-science.
Lihatlah misalnya kita punya majalah-majalah Islam. Banyak sekali yang kurang kwalitet. Dan jangan tanya lagi bagaimana halnya kita punya kyai-kyai muda! Saya tahu, Tuan punya pesantren bukan universiteit, tapi alangkah baiknya kalau toh western science di situ ditambah banyaknya.
Demi Allah, ‘Islam science’ bukan hanya pengetahuan Quran dan hadis saja. ‘Islam science’ adalah pengetahuan Quran dan hadis plus pengetahuan umum! Orang tak dapat memahami Quran dan hadis, kalau tak berpengetahuan umum. Walau tafsir-tafsir Al Quran yang masyhur pun dari zaman dahulu, yang orang sudah kasih title tafsir yang ‘keramat’ seperti tafsir Al-Baghawi, tafsir Al-Baidlawi, tafsir Al-Mazhari, dan lain sebagainya.
Masih bercacat sekali; cacat-cacat yang saya maksudkan ialah, misalnya bagaimanakah orang bisa mengerti betul-betul firman Tuhan, bahwa segala barang sesuatu itu dibikin oleh-Nya “berjodoh-jodoh”, kalau tidak mengetahui bilogi, tak mengetahui elektron, tak mengetahui positif dan negatif, tak mengetahui aksi dan reaksi?
Bagaimanakah orang bisa mengerti firman-Nya, bahwa “kamu melihat dan menyangka gunung-gunung itu barang keras, padahal semua itu berjalan selaku awan, dan bahwa sesungguhnya langit-langit itu asal mulanya serupa zat yang bersatu, lalu kami pecah-pecah dan kami jadikan segala barang yang hidup daripada air,” kalau tidak mengetahui sedikit astronomi? Dan bagaimanakah mengerti ayat-ayat yang meriwayatkan Iskandar Zulkarnaen, kalau tidak mengetahui sedikit history atau archaelogy?
Lihatlah itu blunder-blunder Islam sebagai ‘Sultan Iskandar’ atau ‘Raja Firaun yang satu’ atau “Perang Badar yang membawa kematiannya ribuan manusia hingga orang berenang di lautan darah!” semuanya itu karena kurang penyelidikan history, kurang scientific feeling.
Alangkah baiknya kalau Tuan punya mubalig-mubalig nanti bermutu tinggi, seperti Tuan M Natsir misalnya! Saya punya keyakinan yang sedalam-dalamnya ialah, bahwa Islam di sini; ya di seluruh dunia, tak akan menjadi bersinar kembali kalau kita orang Islam masih mempunyai ‘sikap hidup’ secara kuno saja, yang menolak tiap-tiap ‘ke-barat-an’ dan ‘kemodernan’.
Al Quran dan hadis adalah kita punya wet yang tertinggi, tetapi Al Quran dan hadis barulah bisa menjadi menjadi pembawa kemajuan, suatu api yang menyala, kalau kita baca Al Quran dan hadis itu dengan berdasarkan pengetahuan umum.
Ya, justru Al Quran dan hadislah yang mewajibkan kita menjadi cakrawati di lapangannya segala science dan progres di lapangannya segala pengetahuan dan kemajuan. Kekolotan, kekunoan, kebodohan, dan kemesuman itulah pula yang menjadi sebabnya banyak orang tak mengeti dan tidak bisa mengerti sahnya aturan-aturan baru yang diadakan oleh Kemal Ataturk, Riza Khan Pahlawi, atau Josef Stalin! Cara kuno dan cara mesum itulah juga di atas lapangan ilmu tafsir, yang menjadi sebabnya seluruh dunia Barat memandang Islam itu sebagai satu agama yang anti-kemajuan dan yang sesat.
Tanyalah itu kepada ribuan orang Eropa yang masuk Islam di dalam abad keduapuluh ini dengan cara apa dan dari siapa mereka mendapat tahu baik dan bagusnya Islam. Dan mereka akan menjawab, bukan dari guru-guru yang hanya menyuruh muridnya ‘beriman’ dan ‘percaya’ saja, bukan dari mubalig-mubalig yang tarik muka angker dan hanya tahu putarkan tasbih saja, tetapi dari mubalig yang memakai cara penerangan yang masuk akal karena berpengetahuan umum.
Mereka masuk Islam karena mubalig-mubalig yang menghela mereka itu ialah mubalig-mubalig modern dan scientific dan bukan mubalig ‘ala Hadramaut’ atau ‘kyai bersorban.’ Percayalah bahwa,bila Islam dipropagandakan dengan cara masuk akal dan up to date, seluruh dunia akan sadar kepada kebenaran Islam itu.
Saya sendiri, sebagai orang terpelajar barulah mendapat lebih banyak penghargaan kepada Islam sesudan saya mendapat membaca buku-buku Islam yang modern dan scientific. Apa sebab umumnya kaum terpelajar Indonesia tak senang Islam? Sebagian besar karena Islam tak mau membarengi zaman dan karena salahnya orang-orang yang mempropagandakan Islam; mereka kolot, mereka ortodoks, mereka anti-pengetahuan dan memang tidak berpengetahuan, takhayul, jumud, menyuruh orang bertaklid saja, menyuruh orang ‘percaya’ saja, mesum mbahnya mesum!
Kita ini orang anti taklidisme?Bagi saya anti takdlidisme itu berarti bukan saja ‘kembali’ kepada Quran dan hadis, tetapi lebih “kembali kepada Al Quran dan hadis dengan mengendarai kendaraannya pengertahuan umum.”
Tuan Hassan, maafkanlah saya punya obrolan ini. Benar satu obrolan, tapi satu obrolan yang keluar dari sedalam-dalamnya saya punya kalbu. Moga-moga Tuan suka perhatikannya berhubung dengan Tuan punya pesantren. Hiduplah Tuan punya pesantren itu!
Wassalam
Soekarno