Sukses Pertahankan Aset Kota, Risma Ngepel Lantai SDN Ketabang Surabaya

Ilustrasi/PDI Perjuangan Jatim

Koran Sulindo – Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini, ngepel lantai Sekolah Dasar (SD) Negeri Ketabang I/288, Surabaya, Kamis (30/4/2020) lalu. Apa pasal?

Ternyata, peristiwa jarang bahwa orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengepel lantai sekolah itu untuk memenuhi nazarnya: mengepel lantai dan membersihkan sekolah tersebut jika bisa mempertahankan SD itu sebagai aset Pemkot Surabaya.

Perjuangan Risma agar SD itu tak dikuasai pihak lain itupun akhirnya membuahkan hasil setelah Mahkamah Agung (MA) mengabulkan kasasi Pemkot Surabaya.

“Saya berjuang hampir sekitar 5 tahun, dan kemarin ada keputusan MA dan kami menang,” kata Risma, dengan mata berkaca-kaca.

Pada Senin, 27 April 2020, MA telah mengabulkan kasasi pemkot tertanggal 29 Oktober 2019, Nomor : 3070 K/ PDT/ 2019. Meski pengajuan Kasasi ini ditempuh setelah proses yang panjang, Risma mengaku, tetap berusaha keras untuk mempertahankan aset bangunan sekolah bersejarah itu.

Pada 2018, Risma menetapkan bangunan sekolah ini sebagai cagar budaya. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota Surabaya No. 188.45/187/436.1.2/2018, pada 26 Juni 2018. Alasannya, aula SDN Ketabang 1/28 Surabaya ini dahulu merupakan bagian dari Frobel School (Sekolah Taman Kanak-kanak) yang didirikan pada 1932.

Beberapa tokoh Nasional RI juga pernah menempuh pendidikan di sekolah ini.

“Sekolah ini sangat bersejarah untuk Kota Surabaya. Menteri Pendidikan yang dulu, Pak Wardiman Joyonegoro sekolah di sini, terus Pak Try Sutrisno (mantan Wakil Presiden RI) juga sekolah di sini,” katanya.

Untuk mempertahankan sekolah ini, Risma mengistruksikan jajarannya ke Jakarta untuk mencari data sebagai bukti-bukti di persidangan. Hingga akhirnya, pihaknya mempunyai data dan saksi yang dahulu pernah sekolah di sini.

“Sampai kita ke Jakarta mencari data dan alhamdulilah kemarin kita menang di kasasi, karena beberapa kali tingkat itu kita kalah terus,” katanya.

Risma mengenakan batik hitam, masker putih dan sarung tangan oranye. Ia menginstruksikan petugas Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya untuk mendatangkan satu unit mobil water supply. Ketika mobil water supply pun tiba, Risma langsung mengepel lantai keramik sekolah menggunakan spray yang terhubung ke profil tank di mobil water supply tersebut. Beberapa sudut lantai bangunan sekolah juga tak luput dari perhatiannya. Bahkan, lorong sekolah juga menjadi salah satu fokusnya.

“Bagaimana pun kita harus pertahankan sekolah ini, dan Alhamdulillah menang. Ini kadonya anak-anak, meski mereka libur tapi sekolahnya tidak terancam,” katanya.

Risma mengaku segera memperbaiki beberapa bagian bangunan sekolah itu.

“Nanti pertama di cat dulu, diperbaiki, dikembalikan bangunan aslinya. Kalau kita tambah (bangunan) tidak bisa karena cagar budaya, tapi kalau kita perbaiki aslinya bisa,” kata Risma. [RED]