Pada pergantian abad 19 ke abad 20 ada seorang pendeta sederhana yang berhasil menarik perhatian dari seluruh negeri di Rusia. John dari Kronstadt dianggap sebagai orang suci di masa hidupnya, ia terkenal karena kemampuannya menyembuhkan orang sakit melalui doa. Orang-orang terkaya di Kekaisaran Rusia menyumbangkan sejumlah besar uang kepadanya, yang ia bagikan sepenuhnya kepada umat beriman, sedangkan ia hidup dengan sangat sederhana.
Pada tahun 1990, John dikanonisasi sebagai orang suci di Rusia. Untuk memperingati 30 tahun acara ini, empat monumennya dibuat oleh pematung Rostov Konstantin Chernyavsky yang dibiayai oleh dana amal Rusia untuk komunitas Ortodoks di seluruh dunia, antara lain di Hollywood, Melbourne, Abkhazia dan di desa asal John di Wilayah Arkhangelsk, Rusia. Pada tahun 2019, monumen untuk John of Kronstadt juga diresmikan di Hamburg, Washington D.C. dan kota Voronezh di Rusia.
Siapakah John dari Kronstadt?
Ia adalah seorang pendeta dari Kronstadt. John yang lahir pada tahun 1829 (31 Oktober 1829 –2 January 1909) di wilayah Arkhangelsk dalam keluarga yang sangat miskin. Ia belajar di seminari teologi lokal, kemudian memenangkan beasiswa ke Akademi Teologi St Petersburg. Di samping kemampuan akademiknya, ia adalah seorang pemuda biasa-biasa saja yang tidak membuat kesan khusus pada sesama siswa. Dia suka berjalan sendiri dan banyak berdoa.
Pada tahun 1855, John pergi untuk melayani di Katedral St. Andrew di Kronstadt, ia mengamankan posisi pendetanya dengan menikahi putri imam agung setempat. John memulai pelayanannya segera setelah menerima paroki Kronstadt, daerah yang sangat tertinggal tidak jauh dari Petersburg. Saat itu adalah kota pelabuhan, di mana kemiskinan, kejahatan dan kebejatan mewabah. Setiap hari dia melayani liturgi di gereja lokal, setelah itu dia membagikan sedekah.
Kemudian dia berkeliling ke rumah-rumah dan gubuk-gubuk, di mana para wanita miskin yang sakit dengan anak-anak berkerumun bersama-sama sementara suami mereka bekerja, minum atau pergi menjarah. Dia duduk bersama anak-anak, berbicara dengan para wanita, dan memberi mereka semua yang dia miliki. Penduduk setempat mengamati adegan eksentrik John kembali ke rumah tanpa alas kaki dengan tangan disilangkan dalam doa, setelah memberikan sepatu bot dan jubahnya kepada yang membutuhkan.
Pada tahun 1859, John membuat catatan pertamanya tentang penyembuhan pada seorang bayi. Dia memegangi tubuh mungil yang sudah dingin di lengannya, berdoa dan melakukan sakramen baptisan. Tiba-tiba, bayi itu hidup kembali. Pada tahun 1860-an, John mencatat beberapa kasus bagaimana dia menyembuhkan orang sakit, menulis bahwa dia “memohon agar yang menderita disembuhkan, dan Tuhan memberikan belas kasihan-Nya.” Ini diulang lebih dari sekali, dan pada kesempatan lain dia menyembuhkan keseluruhan dari sekelompok orang.
Segera pers menyambar berita itu. Pada tahun 1883, sebuah artikel muncul di mana 16 orang mengklaim bahwa John telah menyembuhkan mereka. Sejak saat itu, ketenarannya mulai menyebar ke seluruh negeri.
Lalu Siapakah Leo Tolstoy?
Leo Tolstoy (9 September 1828 – 20 November 1910) adalah seorang sastrawan Rusia, pembaharu sosial, pasifis, anarkis Kristen, vegetarian, pemikiran moral dan seorang anggota berpengaruh dari keluarga Tolstoy.
Tolstoy secara luas dianggap sebagai salah seorang novelis yang terbesar, khususnya karena karyanya War and Peace (1869) dan Anna Karenina (1878). Dalam cakupan, luasnya, dan gambarannya yang realistik mengenai kehidupan Rusia, kedua buku ini berdiri pada puncak fiksi realistik. Sebagai seorang filsuf moral ia terkenal karena gagasan-gagasannya tentang perlawanan tanpa kekerasan melalui karyanya The Kingdom of God Is Within You (1894) yang pada gilirannya memengaruhi tokoh-tokoh abad ke-20 seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King, Jr.
Adogmatisme Tolstoy (penolakan semua dogma Kristen untuk digantikan oleh humanisme naturalistik) menyebabkan nihilisme agama yang mempengaruhi sejumlah besar penyair, kritikus, novelis dan filsuf Rusia yang merupakan ‘inteligensi’ baru yang dalam kutukan mereka terhadap seluruh sistem politik dan sosial ekonomi Rusia yang ternyata ikut mempersiapkan jalan bagi Revolusi Bolshevik radikal tahun 1917.
Keyakinan Kristen Tolstoy berpusat pada Khotbah di Bukit, khususnya perintah ‘untuk memberikan pipi yang lain setelah satu ditampar’, yang ia lihat sebagai pembenaran untuk pasifisme, non-kekerasan, dan non-perlawanan. Berbagai versi “Alkitab Tolstoy” telah diterbitkan, menunjukkan bagian-bagian yang paling diandalkan Tolstoy, khususnya, kata-kata Yesus sendiri. Tolstoy percaya bahwa menjadi seorang Kristen mengharuskannya menjadi seorang pasifis; konsekuensi menjadi seorang pasifis, dan perang yang tampaknya tak terelakkan oleh pemerintah, membuatnya menjadi seorang anarkis filosofis.
Tolstoy percaya bahwa seorang Kristen sejati dapat menemukan kebahagiaan abadi dengan berjuang untuk kesempurnaan batin dengan cara mengikuti Perintah Agung untuk mencintai sesama dan Tuhan, daripada mencari keluar ke Gereja atau negara untuk bimbingan. Keyakinannya pada anti perlawanan (non-kekerasan) ketika menghadapi konflik adalah atribut lain yang berbeda dari filosofinya yang didasarkan pada ajaran Kristus. Ide tersebut secara langsung mempengaruhi Mahatma Gandhi melalui karyanya The Kingdom of God is Within You, Tolstoy memiliki pengaruh besar pada gerakan perlawanan tanpa kekerasan hingga hari ini.
John versus Leo
“Anda tidak bisa pincang dengan kedua lutut. Dan Anda tidak bisa menyukai Leo Tolstoy dan John dari Kronstadt pada saat yang bersamaan,” kata penulis Nikolai Leskov dengan sedih. Tolstoy dan Kronstadt adalah ‘lampu’ utama Rusia di akhir abad ke-19, serta saling memusuhi yang tidak dapat didamaikan.
Tolstoy mengembangkan pandangannya sendiri tentang agama. Dia berhenti menjalankan dan bahkan menolak ritus gerejawi, percaya bahwa perantara seperti imam dan Gereja tidak diperlukan untuk iman yang benar. Akhirnya, dia menyangkal asal usul ilahi Kristus dan mukjizat yang dia lakukan, dan menganggapnya berlebihan dalam Alkitab.
Bagi John hal tersebut membuatnya menjadi begitu marah, dan baginya itu merupakan pelanggaran kanon Gereja. Sang imam ‘lemah lembut’ ini menyebut Tolstoy sebagai seorang bidat yang melampaui semua bidat dan menubuatkan bahwa ia akan menderita, dan menyebut ‘kematian biadab seorang pendosa.’ “Menurut Kitab Suci, anda harus diturunkan ke kedalaman laut dengan batu digantung di lehermu; tidak ada tempat untukmu di Bumi, ”kata John tentang Tolstoy.
Pada akhir abad ke-19, Gereja Ortodoks, salah satu pilar Rusia, kehilangan pengaruhnya, dan masyarakat berada dalam cengkeraman krisis iman. “Tragedi perselisihan itu adalah bahwa kedua pria itu mencari cara untuk menyelamatkan iman dari krisisnya sendiri,” tulis Pavel Basinsky dalam bukunya The Saint Versus Leo.
Tolstoy percaya bahwa iman membutuhkan penyelamatan dari Gereja itu sendiri, dan mendorong orang untuk berdoa sendiri. Sedangkan John, membela Gereja “dengan menyebarkan iman melalui pelayanannya yang unik,” tulis Basinsky. [S21]