Songket Palembang (foto: Pinterest)

Suluh Indonesia – Keindahan dan kemewahan yang terpancar dari kain songket yang merupakan salah satu kekayaan budaya nusantara memang sulit diingkari, terutama songket dari Palembang yang sudah dikenal di banyak negara.

Menurut sejarah, keberadaan tradisi kain songket awalnya muncul pada masa Kerajaan Sriwijaya di Palembang pada abad ke-7 hingga abad ke-13. Menurut hikayat rakyat Palembang yang juga dikisahkan secara turun-temurun, awal mula kain songket berasal dari pedagang Cina yang membawa sutra serta pedagang India dan Timur Tengah yang membawa emas, kemudian jadilah kain songket yang berlapis emas di tangan orang Palembang.

Songket Palembang telah dikenal sejak masa Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam. Ketika itu, pekerjaan membuat songket merupakan suatu usaha sambilan bagi penduduk asli Palembang. Songket muncul bersamaan dengan Kesultanan Palembang Darussalam (1659-1823). Pada masa itu orang yang berhak memakai songket adalah raja atau sultan serta para kerabat keraton.

Motif yang rumit memang merupakan ciri khas songket Palembang, jika dibandingkan dengan kain songket dari daerah lain. Ciri khas lain dari kain songket Palembang adalah penggunaan benang jantung, yaitu benang emas yang direproduksi dari kain songket lama.

Proses Pembuatan

Bahan baku benang songket Palembang ternyata menggunakan sutera asli, yang sebelum diberi lapisan emas masih berwarna putih. Benang tersebut kemudian di masukkan dan didesain ke dalam alat tenun yang biasa disebut dengan dayan. Semua bagian dayan, yaitu cagak dan beliro mempunyai fungsinya masing-masing untuk menarik benang, untuk kemudian diganti oleh benang yang lain. Begitu seterusnya hingga benang-benang yang ada membentuk motif pada kain songket.

Songket berasal dari istilah sungkit yang berarti “mengait” atau “mencungkil” dan secara langsung merepresentasikan metode pembuatannya yaitu: Mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun; Menyelipkan benang emas; Menenun; dan Penyempurnaan.

Selembar kain songket akan dibuat dengan merangkai benang agar tersusun serta teranyam rapi. Ini menunjukkan bahwa kain songket tidak dibuat dengan keahlian yang seadanya. Kain tenun ini dibuat dengan keahlian dan ketelitian tinggi agar menghasilkan sebentuk kain yang indah.

Songket Limar – Palembang (foto: Pinterest)

Tradisi membuat benang dari emas sudah dimulai sejak lama. Emas yang telah menjadi benang ini ditenun dengan jalinan benang sutra berwarna yang dihasilkan oleh masyarakat setempat. Palembang juga dikenal dengan pembudidayaan ulat sutra untuk diambil benangnya. Sebagian kecil benang sutra yang digunakan juga berasal dari negara lain, yaitu dari India dan juga China.

Pada abad ke-18 kerajaan-kerajaan di Pulau Sumatera mulai melemah. Akibat dari munculnya penjajah, kolonial Belanda. Melemahnya kerajaan-kerajaan tadi juga memberi dampak pada kerajinan kain tenun songket. Hingga Perang Dunia II, dimana bahan baku songket pun menjadi sulit didapatkan. Akhirnya kain tenun songket sempat mengalami mati suri hingga tahun 1950.

Di pertengahan abad ke-20, kerajinan kain ini kembali bangkit. Karena munculnya inisiatif untuk memanfaatkan kembali benang emas dan perak dari kain tenun yang lama. Dengan kata lain kain tenun songket yang sudah lapuk atau tidak dipakai lagi dijadikan kain tenun songket yang baru.

Kain songket yang cantik ini biasanya dipakai sebagai pakaian adat masyarakat Palembang antara lain untuk menghadiri ritual adat seperti upacara perkawinan, upacara cukur rambut bayi dan sebagai busana penari Gending Sriwijaya.

Terdapat perbedaan motif serta cara memakai kain songket pada pria dan wanita. Pada kaum pria: Kain songket yang dikenakan kerap disebut Rumpak (bumpak) memiliki motif yang tidak penuh dengan kepala kain berada di belakang badan. Songket tersebut dipakai mulai dari pinggul ke bawah sampai di bagian bawah lutut (bagi pria yang telah menikah) dan menggantung di atas lutut (bagi pria yang belum menikah). Pada kaum wanita: Kain songket yang dikenakan oleh wanita kepala kain (tumpal) “wajib” berada di depan dengan posisi kain berada pada dari pinggul hingga mata kaki.

Songket Palembang dikenal dengan berbagai jenis dan fungsi yang ditampilkan dalam ragam motif dan ragam penggunaan benang. Sejatinya motif yang tergambar dalam kain songket memiliki makna dari kehidupan masyarakat Palembang.[NoE]

Baca juga: