Soliditas, Kunci PDI Perjuangan Bangun Sekolah Calon Kepala Daerah

Ilustrasi: Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (tengah), Direkrur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha (kanan) dan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah/CHA

Koran Sulindo – Sukses PDI Perjuangan memenangkan Pemilu 2014-2019 dimulai dengan langkah organisatoris yang melibatkan para kadernya yang duduk sebagai kepala daerah.

“Langkah itu kemudian terinstitusionalisasi menjadi sekolah kepala daerah,” kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dalam diskusi bertajuk “Kesiapan PDI Perjuangan menuju Pilkada 2020 dan Testimoni Para Kepala Daerah” yang digelar di Kantor DPP PDI Perjuangan, pusat partai, Jl. Diponegoro 58, Jakarta, Senin (5/8/2019).

Turut hadir dalam acara itu 4 kepala daerah berprestasi yang diusung PDI Perjuangan. Mereka adalah Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Bupati Puncak Willem Wandik, dan Bupati Boven Digul Benediktus Tambonop. Selain itu juga hadir Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha menjadi narasumber.

Menurut Hasto, ketika PDI Perjuangan berada di luar pemerintahan sejak 2004, mereka terus melakukan upaya memungsikan platform pemerintahan daerahnya. Saat itu, beberapa kepala daerah berprestasi dikumpulkan.

“Termasuk Pak Jokowi. Hasilnya Hasta Prasetya yang pada 2010 menjadi Dasa Prasetya partai,” katanya.

Selanjutnya, partai berlambang banteng itu melaksanakan sekolah untuk para calon kepala daerah. Para kepala daerah yang dinilai berhasil dalam kerjanya, diundang untuk mengajar di sekolah itu. Bukan hanya bersumber dari internal, para kepala daerah berhasil dari eksternal seperti Ridwan Kamil, juga diminta berbagi pengalamannya.

“Inilah upaya kami menampilkan wajah politik yang membangun peradaban guna mencetak kader partai yang baik. Dan kepala daerah kami itu dididik, bukan kepala daerah yang dibajak dari parpol lain. Ini akhirnya menghasilkan kerja yang baik juga. Kami memperoleh hasil baik di pilkada yang senapas dengan pemilu legislatif dan Pilpres,” kata Hasto.

Sementara itu Bambang DH mengatakan PDIP terus memperbaiki pola-pola rekrutmen calon kepala daerah sekaligus pilar kaderisasi. Berbagai disiplin ilmu diterapkan seperti psikotest, fit and proper test, hingga pelatihan-pelatihan.

“Kita cek semuanya. Dari ideologinya, pemahaman atas wilayah yang dipimpin, dan komitmen terhadap Konstitusi negara kita,” katanya.

Hasilnya, PDIP memenangkan 50,37 persen pilkada serentak, dan hasilnya menjadi modal memenangkan pertarungan Pilpres lalu. Pada Kongres V di Bali pada 8-10 Agustus mendatang, PDIP membahas kembali cara mengoreksi sehingga sistem yang ada semakin sempurna.

“Itu nanti akan kita tentukan di kongres,” kata Bambang.

Sementara Direktur Poltracking Hanta Yudha mengakui pada Pemilu 2019, PDI Perjuangan adalah partai yang paling solid mendukung pasangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin sekaligus berhasil mencatat rekor sebagai partai politik pemenang pemilu dua kali berturut-turut.

“Data survei kami, pemilih paling solid dari Pak Jokowi, yang angkanya di atas 95 persen adalah PDI Perjuangan. Begitupun di pasangan 02, paling solid adalah Gerindra. Nah kalau Nasdem, dan Golkar relatif terbelah, tak terlalu kuat soliditasnya,” kata Hanta.

Menurut Hanta, tingkat pelembagaan (institusionalisasi) parpol terkuat di Indonesia memang dipegang oleh PDI Perjuangan. Dan sangat solid karena nyaris tanpa ada pertumbukan antarfaksi. Selain itu, PDI Perjuangan punya figur kuat dalam wujud Megawati sebagai jangkar utama soliditas. Selain itu ada figur Jokowi sebagai pemberi kredit poin, dan para kepala daerahnya.

“Dari data yang ada, daerah yang dipimpin oleh kader PDI Perjuangan berkorelasi positif juga dengan prestasi pemilu legislatifnya,” kata Hanta.

Selama ini, PDI Perjuangan berhasil memadukan party id dan figure id. Jadi memadukan strategi untuk menarik masyarakat yang pilihannya dipengaruhi oleh parpol, dan yang pilihannya dipengaruhi figur.

Tanpa Mahar

Sementara itu Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, mengakui sangat berutang budi dengan PDI Perjuangan yang mengusungnya di Pilkada Gubernur lalu dan hingga kini terus setia mengawalnya.

“Kami sangat berhutang budi ke PDI Perjuangan karena mendapat dukungan penuh dari Ibu Megawati Soekarnoputri,” kata Nurdin.

Nurdin tak menyangka dan kaget ketika diusung PDI Perjuangan menjadi calon gubernur. Berbeda dengan praktik politik di pilkada, dirinya sama sekali tidak dimintai mahar.

“Kami sangat kaget karena tidak ada mahar dan lain-lain,” kata Nurdin.

Setelah terpilih dan menjabat, PDI Perjuangan tetap setia menjaganya. Kini, Nurdin sedang berusaha digoyang oleh DPRD setempat lewat hak angket. Dan dia bersaksi fraksi PDI Perjuangan menjaganya dan pasang badan.

“Kalau parpol lain goyang, PDI Perjuangan tetap kokoh mengawal kita,” katanya.

Ia berjanji menjaga marwah parpol pendukungnya, khususnya PDI Perjuangan, yakni dengan menciptakan pemerintahan bersih di Sulsel.

“Kita libatkan KPK. Kita benahi sistem agar tak ada program mubazir. Anggaran harus optimal,” kata mantan Bupati Bantaeng itu.

Pernyataan senada disampaikan Bupati Puncak, Provinsi Papua Willem Wandik, yang mengatakan PDI Perjuangan mengawalnya untuk melaksanakan pemerintahan di Kabupaten Puncak sehingga tak lagi terbelakang dan terisolir. Dan Willem juga bersaksi bahwa dirinya disokong penuh oleh PDI Perjuangan saat pilkada lalu.

“PDIP tidak pernah minta mahar. Tidak ada. Itu Puji Tuhan. Kami tidak ada mahar. Di daerah itu biasa maharnya luar biasa, tapi di PDIP tidak pernah ada mahar-mahar,” kata Willem.

Sementara itu Bupati Boven Digul, Papua, Benediktus Tambonop, mengaku mendapatkan surat penugasan untuk menjadi calon kepala daerah. Setelah dia mengikuti sekolah partai angkatan yang pertama.

“Saya bertekad membangun Boven Digoel sesuai prinsip Trisakti Bung Karno,” ujar Benediktus.

Sedangkan Walikota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan bisa dianggap berhasil membangun Semarang adalah karena bertindak mengikuti ideologi partai. Ia mengakui menjalankan hal-hal yang diajarkan dalam sekolah partai PDI Perjuangan.

Menurut Hendrar, kerja keras sebagai kader partai juga berjalan sinergis dengan hasil perolehan suara partai dalam pemilu 2019 lalu.

“Kami ini kader partai dan masyarakat tahu. Ada hubungan erat diantara keberhasilan program dan pencapaian program pemerintah dengan keberhasilan partai,” kata Hendi-sapaan akrabnya.

Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha mengatakan para kepala daerah itu adalah mutiara-mutiara yang ditemukan oleh PDI Perjuangan. Dia mendukung langkah partai itu mengedepankan suara para kepala daerah berprestasi itu. Sehingga publik juga tahu bahwa parpol juga bertindak untuk kaderisasi kepemimpinan nasional, bukan sekedar rebutan kursi pimpinan.

“Sangat baik bila mutiara-mutiara PDI Perjuangan ini disampaikan ke publik. Semakin banyak dikenalkan semakin baik,” kata Hanta. [CHA/Didit Sidarta]