Sinyal 5G Picu Krisis Penerbangan di AS

Ilustrasi penerbangan komersil - Istimewa

Pengoperasian jaringan komunikasi 5G dapat mengganggu kendali pesawat terbang yaitu sistem pendaratan penglihatan rendah (Low Visibility Landings), akibatnya terjadi kekacauan alat pengukur ketinggian pesawat atau altimeter sehingga membahayakan keselamatan penerbangan.

Berbagai maskapai penerbangan besar Amerika Serikat pada Senin (17/01) memberikan surat peringatan kepada pemerintah Amerika Serikat (AS) akan bahaya “bencana” penerbangan yang dapat terjadi setelah AT&T dan Verizon mulai menerapkan layanan baru 5G. Mereka mengingatkan bahwa layanan C-Band 5G yang dimulai pada Rabu itu bisa menyebabkan banyak pesawat berbadan lebar tak bisa digunakan, “berpotensi menelantarkan puluhan ribu orang Amerika di luar negeri” dan menyebabkan “kekacauan” bagi penerbangan di AS.

Diperlukan tindakan segera, kata para maskapai dalam surat yang ditandatangani oleh koalisi maskapai yang menamakan diri Airlines for America. Koalisi itu terdiri dari UPS Airlines, Alaska Air, Atlas Air, JetBlue Airways, FedEx Express dan beberapa maskapai lain. Surat itu ditujukan kepada direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Brian Deese, Menteri Transportasi Pete Buttigieg, Kepala FAA Steve Dickson dan Ketua Komisi Komunikasi Federal (FCC) Jessica Rosenworcel.

Sebelumnya badan penerbangan federal AS (FAA) memperingatkan potensi gangguan yang dapat mempengaruhi instrumen sensitif pesawat seperti altimeter dan secara signifikan menghambat pengoperasian sistem pendaratan visibilitas rendah pada pesawat terbang.

Kekacauan ini terjadi setelah AT&T dan Verizon memenangi hampir semua spektrum C-Band yang akan digunakan untuk jaringan komunikasi 5G dalam lelang senilai 80 miliar dolar AS (1.100 triliun rupiah) akhir tahun 2021 lalu.

Dalam test yang dilakukan FAA dan industri penerbangan ternyata sinyal 5G mengganggu kalkulasi penghitungan ketinggian pesawat ketika berada dekat dengan menara jaringan selular 5G. Akibat gangguan itu dilakukan pembatasan terhadap ribuan penerbangan pada 50 bandara di AS oleh FAA hingga pesawat dinyatakan aman.

Pada 3 Januari operator 5G menyepakati zona-zona netral di sekitar 50 bandara untuk mengurangi risiko gangguan dan mengambil langkah lain untuk menekan potensi gangguan selama enam bulan. Mereka juga sepakat untuk menunda layanan 5G selama dua pekan hingga Rabu (19/01) untuk mencegah ancaman keselamatan penerbangan.

Menjelang berakhirnya penundaan operasi jaringan 5G tanggal 19 nanti, para maskapai mendesak pemerintah untuk memastikan jaminan keselamatan penerbangan. “Berbagai sistem keselamatan modern pada pesawat tak akan bisa digunakan, menyebabkan masalah yang lebih besar dari yang kita ketahui. Pembuat pesawat telah memberi tahu kami bahwa akan ada banyak armada yang harus dikandangkan,” keluh mereka.

Maskapai-maskapai penerbangan AS saat ini sedang mempertimbangkan apakah akan membatalkan sejumlah penerbangan internasional yang dijadwalkan tiba di AS mulai hari Rabu. Akibat krisis ini sebagian besar penumpang dan pengiriman terancam tidak bisa diterbangkan. [DES]