Sinabung Meletus Hebat, Desa di Kaki Gunung Gelap

Koran Sulindo – Gunung Sinabung kembali meletus, Senin (19/1) dengan memuntahkam material vulkanik hingga setinggi 5.000 meter dan jarak luncur hingga 500 hingga 2.000 meter.

Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pengamatan Gunung Sinabung, tepatnya pukul 08.53 WIB, telah terjadi awan panas letusan Gunung Sinabung dengan tinggi kolom 5.000 meter, amplitudo 120 milimeter, dan lama gempa 607 detik.

Tercatat angin bertiup lemah ke arah selatan dan barat dengan suhu udara 16-17 derajat celsius. Letusan kali tercatat 19 guguran dengan jarak luncur 500 sampai 2.000 meter mengarah ke tenggara dan selatan.

Di beberapa desa kaki gunung seperti Desa Sigarang-garang, Payung, Selandi Baru dan Laukawar  luncuran awan panas yang menutup sinar matahari terhalang dan membuat wilayah tersebut menjadi gelap seperti malam.

Debu akibat letusan tersebut membuat beberapa daerah di sekitarnya gelap tertutup kabut tebal. Bahkan, material vulkanik berupa abu juga sampai di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.  Di Sidikalang, debu membatasi jarak pandang dan menempel hampir di semua tempat. Keadaan serupa juga terjadi Salak, Kabupaten Pakpak Barat.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung Armen Putra menyebut jarak luncur sektoral terjadi kea rah selatan-tenggara sejauh 4.900 meter dan sektoral tenggara-timur sejauh 3.500 meter. Angin lemah ke barat dan selatan. Saat ini tingkat aktivitas Gunung Sinabung masih di level IV atau Awas. Warga juga diminta menjauhi zona merah.

Zona merah atau wilayah larangan adalah area tanpa aktivitas di dalam radius 3 kilometer dari puncak, dalam jarak 7 kilometer untuk sektor selatan-tenggara, dalam jarak 6 kilometer untuk sektor tenggara-timur, serta dalam jarak 4 kilometer untuk sektor utara-timur Gunung Sinabung.

Gunung Sinabung merupakan gunung api di Dataran Tinggi Karo, Karo, Sumatera Utara. Sinabung tak pernah meletus sejak tahun 1600, namun mendadak aktif dan mulai meletus sejak tahun 2010. Terakhir gunung ini meletus sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini.

Saat ini tercatat 7.214 jiwa atau 2.038 kepala keluarga masih terdatar berada di delapan pos pengungsian. Tapi dari jumlah itu hanya ada 2.863 jiwa yang masih tinggal di pos sementara sisanya memilih tinggal di luar area pengungsian.[TGU]