Koran Sulindo – Sidang lanjutan terdakwa Pinangki Sirna Malasari yang telah diagendakan pada Rabu (7/10) ditunda selama dua pekan.
Penundaan sidang Pinangki itu karena Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ditutup, karena dua Aparatur Sipil Negara di PN Jakpus terkonfirmasi Covid-19.
“Sidang bu Pinangki ditunda karena PN ‘lock down’,” kata penasihat hukum Pinangki, Jefri saat dihubungi di Jakarta, Rabu (7/10).
Agenda yang digelar hari ini adalah mendengarkan tanggapan jaksa penuntut umum pada Kejaksaan Agung terhadap nota keberatan yang diajukan penasihat hukum Pinangki pada pekan lalu.
“Sidang selanjutnya mungkin dua minggu lagi,” kata Jefri.
Sebelumnya Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Bambang Nurcahyono menyatakan ada dua Aparatur Sipil Negara di PN Jakpus yang terpapar Covid-19 sehingga dilakukan penutupan pengadilan hingga dua pekan.
“Bapak Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah membuat surat pemberitahuan kepada Bapak Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta untuk melakukan ‘lockdown’ yang semula terhitung hari Rabu, 7 Oktober 2020 sampai Jumat, 9 Oktober 2020 menjadi terhitung mulai Rabu, 7 Oktober 2020 sampai dengan Jumat, 16 Oktober 2020,” kata Bambang.
Menurut Bambang, PN Jakarta Pusat aktif kembali pada Senin, 19 Oktober 2020.
“Hasil akhir pemeriksaan ‘rapid test’ dan ‘swab test’ pada Selasa, 6 Oktober 2020 ada 61 orang termasuk pimpinan, hakim, ASN, satpam, dan petugas ‘cleaning service’ yang reaktif terhadap ‘rapid test’ sehingga dilakukan ‘swab test’ kepada 61 orang tersebut,” kata Bambang.
Hasil swab test akan didapat pada 2-3 hari ke depan. Sementara Pelayanan Terpadu Satu Pintu PN Jakarta Pusat masih melayani pelayanan publik secara terbatas pada hal-hal yang sifatnya sangat penting dan mendesak.
“Di PN Jakarta Pusat juga sudah dilakukan penyemprotan disinfektan dan selama ‘lockdown’ akan terus dilakukan penyemprotan ke seluruh ruangan di PN Jakarta Pusat,” ucap Bambang.
Dalam perkara ini jaksa Pinangki didakwa dengan tiga dakwaan yaitu pertama, dakwaan penerimaan suap sebesar 500 ribu dolar AS atau sekitar Rp7,4 miliar dari terpidana kasus cessie Bank Bali Joko Soegiarto Tjandra.
Kedua, dakwaan pencucian uang yang berasal dari penerimaan suap sebesar 444.900 dolar atau sekitar Rp6.219.380.900 sebagai uang pemberian Joko Tjandra untuk pengurusan fatwa ke MA.
Dan ketiga, dakwaan pemufakatan jahat bersama dengan Andi Irfan Jaya dan Joko Tjandra untuk menyuap pejabat di Kejagung dan MA senilai 10 juta dolar AS. [WIS]