Koran Sulindo – Mencetuskan ide tol laut sebagai integrasi pengangkutan logistik yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar di nusantara di awal pemerintahannya, calon presiden petahana Joko Widodo menyebut-nyebut tentang ‘tol langit’.
Istilah tol langit pertama kali disampaikan calon wakil presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin saat memuji pembangunan infrastruktur yang secara massif dilakukan Presiden Jokowi.
Ma’ruf menyebut Jokowi tidak hanya membangun infrastruktur di darat dan laut tetapi juga di langit dengan istilah ‘tol langit’.
“Yang luar biasa lagi kita sudah memiliki investasi infrastruktur yang hebat,” kata Ma’ruf di hadapan relawan Gerakan Indonesia Maju pekan lalu. “Tidak saja tol darat, tol laut, tol udara, tetapi saya sebutnya juga tol langit.”
Apa itu tol langit?
Tentu saja berhentilah membayangkan pemerintah membangun jalan tol yang menggantung di ketinggian langit seperti ketika dulu orang-orang membayangkan tol laut.
Istilah tol langit yang digambarkan Jokowi adalah sambungan bebas hambatan komunikasi yang menghubungkan semua tempat di seluruh wilayah Nusantara. Seperti diketahui, selama ini, jaringan internet yang lancar umumnya hanya bisa diakses di kota-kota yang banyak penduduknya.
Banyak wilayah terpencil di kota-kota terluar di Indonesia masih harus berkutat dengan soal-soal ‘hilang sinyal’ baik karena cuaca maupun kondisi geografis. Di beberapa tempat yang disebut sebagai blank-spot, sinyal bahkan menghilang sama sekali .
Wilayah-wilayah tersebut dijauhi operator swasta karena antara biaya investasi dan potensi pemasukan dianggap tidak ekonomis.
Membongkar isolasi itulah kemudian pemerintah menggagas Palapa Ring.
Palapa Ring adalah suatu proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer sedangkan kabel darat panjangnya mencapai 21.807 kilometer.
Palapa Ring terinspirasi oleh Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada saat berniat menyatukan Nusantara di bawah panji-panji kebesaran Majapahit. Gajam Mada bersumpahtak bakalan takkan menikmati palapa sebelum menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Pulau Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, hingga Tumasik.
Pemerintah Indonesia menggunakan istilah ‘Palapa Ring’ untuk menyebut jaringan infrastruktur yang bakal menjadi tulang punggung bagi telekomunikasi nasional.
Sebelum berganti nama menjadi Palapa Ring, proyek ini disebut sebagai ‘Nusantara 21’ yang mulai digagas sejak tahun 1998 silam namun terhenti akibat krisis ekonomi. Belakangan ide tersebut kembali muncul di ajang Infrastructure Summit I tahun 200.
Setelah ide Nusantara 21 tenggelam, muncul ide Cincin Serat Optik Nasional (CSO-N) yang diprakarsai oleh PT Tiara Titian Telekomunikasi (TT-Tel) yang merupakan jaringan kabel kasar bawah laut berbentuk cincin terintegrasi berisi frekuensi pita lebar yang membentang dari Sumatera Utara hingga Papua bagian barat dengan perkiraan panjang sekitar 25.000 km.
Setiap cincin akan meneruskan akses frekuensi pita lebar dari satu titik ke titik lainnya di setiap kabupaten.
Akses tersebut akan mendukung jaringan serat optik pita lebar berkecepatan tinggi dengan kapasitas 300 gbps hingga 1.000 gbps di daerah tersebut.
Pemerintah lantas memopulerkan ide itu dengan nama Palapa O2 Ring. Hanya saja, karena mirip dengan merek dagang salah satu ponsel, pemerintah lantas mengubah nama proyek serat optik tersebut menjadi Palapa Ring.
Dengan Palapa Ring, nantinya 57 kota dan wilayah seperti Ranai di Natuna, Sangihe di ujung utara Sulawesi, Rai Juha di Laut Sabu, Alor, Wetar, Saumlaki, Tual, Timika, Nabire, dan puluhan kota lain di Indonesia Timur bakalan terkoneksi dengan jaringan kabel optik.
Jika proyek Palapa Ring ini tuntas, semua wilayah Indonesia bakal tersambung dengan backbone dengan broadband kecepatan tinggi. Saat ini di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah proyek tersebut telah 100 persen tuntas, sedangkan di Indonesia Timur bakalan menyusul dalam waktu dekat.
Menurut rencana, pada bulan Agustus 2019 nanti, 74 tahun setelah Indonesia merdeka, Presiden Jokowi berencana memproklamasikan “Indonesia Merdeka Internet” yang ditandai dengan tersambungnya seluruh wilayah di Indonesia dalam jaringan internet jalur cepat atau broad band.[TGU]