Koran Sulindo – Sebanyak 40 orang tewas dan lebih 20 orang lagi luka parah dalam aksi penembakan di 2 buah masjid di Selandia Baru, hari ini.
Pembantaian yang dilakukan beberapa orang bersenjata api laras panjang itu dilakukan saat sholat Jumat sedang didirikan di masjid yang berada di Kota Christchurch itu. Kasus ini adalah penembakan massal terburuk di negara itu.
Kepala Polisi Selandia Baru, Mike Bush, mengatakan 4 orang yang terdiri atas tiga orang pria dan seorang wanita telah ditahan.
Polisi menyatakan bahan-bahan peledak ditemukan bersama dengan sebuah kendaraan yang mereka hentikan.
Semua masjid di Selandia Baru diminta menutup seluruh kegiatan untuk sementara.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengatakan mendapat laporan 40 orang meninggal dalam aksi kekerasan ekstrim ini.
“Jelas serangan ini dapat dikatakan sebagai serangan teroris,” katanya.
Ardern mengatakan 30 orang tewas di masjid An Nur, masjid utama kota itu, dan 10 orang lagi di sebuah masjid di pinggiran Linwood.
“Ini hari terburuk Selandia Baru,” kata Ardern.
Menurut Ardern, 4 orang yang ditangkap polisi diketahui memiliki pandangan ekstrim, tetapi mereka tidak masuk dalam daftar pengawasan polisi.
Gambar-gambar video yang tersiar di media sosial, yang diambil oleh seorang pria bersenjata dan diunggah ke jejaring sosial saat serangan itu berlangsung, menunjukkan ia bergerak ke satu masjid, memasukinya dan melepaskan tembakan secara serampangan ke arah orang-orang di dalam masjid.
Para jamaah, yang meninggal atau cedera, terbaring meringkuk di lantai masjid itu.
Seorang pria yang mengatakan berada di masjid An Nur mengatakan pembunuh itu pria berkulit putih, mengenakan helm dan rompi anti peluru. Pria tersebut masuk ke dalam masjid ketika para jamaah sedang ruku.
“Dia bawa senjata besar … dia datang dan mulai menembak siapa saja di dalam masjid,” kata Ahmad Al-Mahmoud, seperti dikutip Reuters.
Radio New Zealand mengutip seorang saksi mata di dalam masjid melaporkan, ia mendengar tembakan-tembakan diletuskan dan sedikitnya 4 orang tergeletak di tanah dan “darah berserak di mana-mana”.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan salah seorang dari pria-pria tersebut adalah warga Australia.
Korban WNI
Sementara itu 2 orang warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban teror penembakan massal yang terjadi Jumat, 15 Maret 2019, pukul 13:40 (waktu setempat) itu.
“Kami baru menerima informasi bahwa terdapat dua WNI yang tertembak dalam peristiwa penembakan di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, di Jakarta, Jumat (15/3/2019).
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan KBRI di Wellington dari kelompok WNI di Christchurch, bahwa dua WNI yang tertembak dalam peristiwa tersebut adalah seorang ayah dan anaknya. Keduanya sekarang masih mendapatkan perawatan di Christchurch Public Hospital.
“Ayahnya saat ini dirawat di ruang ICU dan anaknya juga dirawat di rumah sakit yang sama tetapi di ruang perawatan biasa,” katanya.
Namun, Kemenlu RI belum mendapatkan informasi terperinci mengenai WNI yang menjadi korban penembakan di Selandia Baru itu.
“Untuk informasi detail yang kami terima itu belum lengkap. Tetapi berdasarkan informasi yang kami terima, ayah dan anak itu dan keluarganya belum lama tinggal di Christchurch,” kata Arrmanatha.
Berdasarkan catatan Kemenlu RI, terdapat 331 orang WNI di kota Christchurch, termasuk 134 mahasiswa. Jarak dari Wellington ke Christchurch sekitar 440 kilometer. [DAS]