Ilustrasi Scylla dan Charybdis. (Foto oleh George (Rinhart/Corbis melalui Getty Images)

Menyeberangi lautan bukan hanya soal menghadapi ombak dan angin kencang, tetapi juga ketakutan akan makhluk-makhluk yang bersembunyi di kedalamannya. Dalam mitologi Yunani, dua monster laut menakutkan menguasai perairan sempit Selat Messina: Scylla dan Charybdis.

Para pelaut tidak hanya harus bernavigasi di antara karang dan badai, tetapi juga menghadapi dilema antara diserang oleh makhluk berkepala enam atau tersedot ke dalam pusaran air raksasa. Kisah mereka bukan hanya legenda, tetapi juga simbol dari keputusan sulit yang sering dihadapi manusia.

Kedua monster ini dikatakan menghuni Selat Messina, perairan sempit yang memisahkan Sisilia dari daratan Italia. Dalam berbagai legenda, mereka dikenal sebagai momok para pelaut yang melintas, termasuk pahlawan terkenal Odysseus dalam Odyssey karya Homer. Siapakah sebenarnya Scylla dan Charybdis, dan mengapa mereka begitu ditakuti? Mari kita telusuri lebih dalam melalui artikel ini.

Scylla: Monster Berkepala Enam

Dilansir dari laman World History Encyclopedia, Scylla adalah makhluk mengerikan dengan enam kepala dan dua belas kaki, masing-masing kepala memiliki tiga baris gigi yang tajam. Menurut Hesiod, Scylla adalah putri Hekate, dewi yang dikaitkan dengan Bulan dan Dunia Bawah, serta anjing-anjing buas. Namun, Homer menyebut ibunya sebagai Crataiis, sementara ayahnya diyakini adalah dewa laut Phorcys, meskipun ada versi lain yang menyebut Typhon, Triton, atau Tyrrhenius sebagai ayahnya.

Tradisi selanjutnya menggambarkan Scylla sebagai manusia fana yang cantik yang terlibat dalam hubungan dengan Poseidon, Minos dari Kreta, dan dewa laut Glaucus. Namun, ia dikutuk menjadi monster mengerikan oleh penyihir Circe atau Amphitrite, permaisuri Poseidon, karena kecemburuan. Saat Scylla mandi di kolamnya, ramuan ajaib dilemparkan ke dalam air, menyebabkan tubuhnya berubah menjadi monster mengerikan dengan kepala anjing yang keluar dari pinggangnya.

Scylla tinggal di sebuah gua tinggi di tebing Selat Messina, menunggu mangsanya yang tak curiga—baik ikan, lumba-lumba, maupun manusia. Dengan enam kepalanya yang ganas, ia mencengkeram korban dan menyeretnya ke dalam sarangnya untuk dimakan. Homer menggambarkan Scylla sebagai makhluk yang menakutkan dan memperingatkan para pelaut agar berhati-hati melewati tebing tempat tinggalnya.

Penyair tragedi Yunani abad ke-3 SM, Lycophron, menceritakan bahwa Scylla akhirnya dibunuh oleh Hercules. Namun, selain kisah ini, nasib akhirnya tidak diketahui. Scylla juga sering muncul dalam seni kuno, termasuk pada koin abad ke-5 SM dari Cumae dan Acragas (Agrigento modern di Sisilia) serta banyak bejana tembikar bergambar merah dari Attica dan Italia selatan pada abad ke-5 dan ke-4 SM. Dalam seni, ia sering digambarkan seperti putri duyung dengan kepala anjing yang keluar dari tubuhnya.

Charybdis: Pusaran Air Mematikan

Di seberang tempat tinggal Scylla, Charybdis menjadi ancaman lain yang tak kalah menakutkan. Berbeda dengan Scylla yang berbentuk fisik mengerikan, Charybdis tidak memiliki wujud jelas dan lebih dikenal sebagai pusaran air yang sangat kuat. Ia dianggap sebagai putri Poseidon dan Gaia (Bumi) yang dilempar ke laut oleh Zeus sebagai hukuman atas sifat rakusnya.

Charybdis diubah menjadi pusaran air yang menyedot dan meniup air sebanyak tiga kali sehari. Pusaran ini begitu dahsyat sehingga tidak ada kapal yang dapat bertahan jika tersedot ke dalamnya. Dalam mitologi, turbulensi yang diciptakannya begitu kuat sehingga menjadi ancaman yang hampir tak terhindarkan bagi para pelaut yang berlayar melalui Selat Messina.

Dalam Odyssey karya Homer, pusaran air Charybdis terkenal telah menghancurkan kapal pahlawan Odysseus dalam perjalanan pulang dari Perang Troya. Setelah selamat dari sirene, kapal Odysseus berusaha menghindari Charybdis tetapi malah mendekati sarang Scylla. Akibatnya, enam anggota awak kapal—enam yang terbaik—dicengkeram oleh enam kepala Scylla dan ditelan hidup-hidup. Meskipun kapal mereka berhasil melewati selat sempit tersebut, pelarian mereka hanya bersifat sementara karena bahaya Charybdis tetap mengintai.

Scylla dan Charybdis melambangkan bahaya ganda di laut, yang mana pelaut harus memilih ancaman mana yang lebih sedikit risikonya. Ungkapan “terjebak di antara Scylla dan Charybdis” bahkan menjadi metafora yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi sulit tanpa pilihan yang benar-benar aman.

Mitologi tentang mereka terus hidup dalam berbagai literatur dan seni sepanjang sejarah. Kisah mereka mengajarkan bahwa dalam menghadapi bahaya besar, terkadang seseorang harus membuat pilihan yang paling mungkin untuk bertahan, meskipun tetap menanggung risiko yang besar. [UN]