Satyr dalam Mitologi Yunani: Makhluk Liar dan Penuh Nafsu

Ilustrasi Satyr (Wallpaperbetter)

Satyr adalah makhluk setengah manusia, setengah kambing (atau kuda) dalam mitologi Yunani Kuno. Mereka memiliki tanduk, ekor, dan telinga berbulu panjang. Dalam seni Yunani, satyr sering digambarkan dalam keadaan telanjang dengan tampilan yang menyeramkan dan liar.

Kehidupan dan Karakter Satyr

Satyr hidup di hutan dan perbukitan terpencil, serta sering dikaitkan dengan pesta pora, mabuk-mabukan, dan mengejar bidadari. Melansir laman historycooperative, mereka adalah sahabat dari Dionysus, dewa anggur, serta dewa Pan. Sebagai makhluk yang melambangkan kesuburan alam, mereka dikenal sebagai sosok liar yang menikmati tarian, musik, dan minuman anggur.

Hesiod menggambarkan mereka sebagai makhluk nakal, tidak berguna, dan tidak layak untuk bekerja. Dalam seni Yunani Kuno, satyr sering diperlihatkan membawa cawan anggur, memainkan seruling, atau berperilaku liar dalam berbagai adegan pesta.

Dalam tradisi Yunani, satyr adalah roh alam yang dianggap kejam dan ditakuti oleh manusia. Mereka sering muncul mengejar bidadari atau menari dengan mereka dalam tarian yang menggairahkan. Sebagai makhluk Dionysiac, satyr memiliki hasrat yang tak terpuaskan akan kenikmatan dan sering mabuk.

Mereka juga diyakini sebagai makhluk yang mewakili sisi gelap dari hasrat seksual. Dalam berbagai kisah mitologi, satyr sering mencoba memperkosa bidadari dan bahkan wanita fana. Kadang-kadang mereka digambarkan menyerang hewan. Meskipun sering muncul dalam mitos, satyr biasanya hanya memainkan peran pendukung.

Dalam seni Yunani Kuno, mereka sering digambarkan memegang tongkat Thyrsus, yaitu tongkat Dionysus yang terbungkus tanaman merambat dan dihiasi kerucut pinus. Satyr diyakini sebagai keturunan Hermes dan Iphthime, meskipun ada versi lain yang menyebut mereka sebagai keturunan dari cucu Hecataeus.

Selama festival Dionysus, orang Yunani mengenakan kulit kambing dan meniru perilaku satyr dalam perayaan yang penuh dengan minuman keras dan kegilaan.

Perkembangan dan Jenis Satyr

Satyr bisa menua, dan dalam seni mereka digambarkan dalam tiga tahap kehidupan:

1. Satyriskoi – Satyr anak-anak yang suka bermain di hutan dan memainkan alat musik.

2. Satyr dewasa – Digambarkan dengan fisik atletis dan perilaku liar.

3. Silens – Satyr tua yang memiliki kepala botak dan tubuh berisi, sering dianggap bijaksana.

Tidak ada satyr wanita dalam mitologi Yunani Kuno. Penggambaran satyr wanita adalah konsep modern yang tidak memiliki dasar dalam sumber-sumber kuno.

Tidak diketahui secara pasti apakah satyr adalah makhluk abadi atau tidak, tetapi mereka diyakini mengalami penuaan seperti manusia.

Mitos yang Menampilkan Satyr

Meskipun biasanya hanya berperan sebagai karakter pendukung, ada beberapa kisah mitologi yang menonjolkan satyr tertentu:

1. Marsyas dan Apollo – Marsyas, seorang satyr, menemukan alat musik aulos yang dibuang oleh dewi Athena. Ia kemudian menjadi ahli dalam memainkannya dan menantang Apollo dalam kompetisi musik. Apollo kemudian memaksa Marsyas untuk memainkan instrumen pilihannya secara terbalik, yang membuat Marsyas kalah. Akibatnya, Apollo menguliti Marsyas hidup-hidup sebagai hukuman. Patung perunggu yang menggambarkan penyiksaan Marsyas ditempatkan di depan Parthenon.

2. Satyr dan Amymone – Seorang satyr dari Argos mencoba memperkosa Amymone, seorang bidadari. Poseidon turun tangan dan menyelamatkan Amymone serta mengklaimnya untuk dirinya sendiri. Adegan bidadari dikejar satyr menjadi subjek populer dalam seni Yunani, terutama dalam lukisan vas bergambar merah pada abad ke-5 SM.

3. Busur Heracles dan Satyr – Dalam beberapa mitos, Heracles bertemu dengan satyr yang mencoba mengganggunya, tetapi ia berhasil mengusir mereka dengan busurnya.

Meskipun dianggap sebagai roh alam yang bernafsu dan brutal, satyr dalam tradisi Yunani juga dianggap memiliki kebijaksanaan rahasia. Mereka akan membagikan pengetahuan mereka jika seseorang dapat menangkap mereka.

Silenus: Satyr yang Bijaksana

Meskipun satyr memiliki reputasi sebagai makhluk pemabuk yang vulgar, beberapa di antara mereka juga dianggap bijaksana dan berpengetahuan luas, sifat-sifat yang lebih sering dikaitkan dengan Apollo daripada Dionysus. Salah satu satyr terkenal yang memiliki kebijaksanaan adalah Silenus.

Silenus adalah satyr tertua dan kepala para satyr. Ia dipercaya sebagai pengasuh dan guru dari Dionysus ketika sang dewa masih kecil. Silenus, bersama para bidadari, membesarkan Dionysus di Gunung Nysa dan mengajarinya cara membuat anggur.

Silenus juga memiliki peran penting dalam kisah Raja Midas. Ketika Silenus tersesat di Frigia, ia ditemukan oleh Raja Midas yang memperlakukannya dengan baik. Sebagai balasannya, Silenus menghibur Midas dengan cerita-cerita dan kebijaksanaan. Dionysus, yang berterima kasih atas kebaikan Midas, menawarkan hadiah kepada raja. Midas meminta kemampuan untuk mengubah segala sesuatu yang disentuhnya menjadi emas, yang akhirnya menjadi kutukan baginya.

Dalam seni Yunani, Silenus kadang digambarkan sebagai pria tua botak dengan rambut putih, memainkan simbal, atau dalam wujud Papposilenos, yaitu Silenus yang lebih tua dan gempal, yang sering diperlihatkan mabuk berat.

Satyr adalah makhluk yang mencerminkan sisi liar dan tak terkendali dari alam dan manusia. Mereka dikenal sebagai pemuja pesta pora, musik, dan minuman anggur, tetapi juga memiliki sisi kebijaksanaan yang tersembunyi. Meskipun biasanya hanya muncul sebagai karakter sampingan dalam mitologi Yunani, beberapa satyr seperti Marsyas dan Silenus memiliki kisah mereka sendiri yang menarik dan penuh pelajaran. [UN]