Ilustrasi

Koran Sulindo – Perusahaan Umum Perumahan Nasional (Perum Perumnas) membangun rumah susun (rusun) di atas pasar tradisional  dan stasiun kereta api listrik (KRL) di Jakarta, mulai April ini.

Pembangunan rusun di atas stasiun KA dilakukan di Stasiun Tanjung Barat, Pondok Cina, dan Palmerah. Sedang rusun di atas  pasar dibangun di Pasar Blok G Tanah Abang, Pasar Grogol, Pasar Serdang, dan Pasar Cempaka Putih.

Perum Perumnas bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PD Pasar Jaya dalam proyek ini.

“Insya Allah, ground breaking-nya akan dilaksanakan pada April ini,” kata Dirut Perum Perumnas Bambang Tri Wibowo, saat ground breaking rusun di Medan, Sumatera Utara, Rabu (5/4), seperti dikutip antaranews.com.

PD Pasar Jaya

Kerja sama Perumnas dan PD Pasar Jaya itu sekaligus untuk mengelola dan mengembangkan proyek pasar terpadu rumah susun sederhana sewa (rusunawa) itu.

Penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) proyek itu dilakukan Maret lalu.

“Kita dapat menjaga bisnis market dengan baik yaitu melalui mix used dengan pembangunan rusunami atau apartemen. Sehingga, dalam hal ini pasar akan menjadi tempat pemenuhan kebutuhan secara langsung dari warga yang tinggal di rusun,” kata Direktur Utama PD Pasar Jaya, Arif Masrudin, seperti dikutip situs perumnas.co.id.

Pengelolaan mixed use building yang terintegrasi dengan rusunawa itu direncanakan di 4 lokasi pasar. Proyek ini juga untuk mengejar ketertinggalan pasar tradisional dari pesatnya pertumbuhan pasar modern, mal, dan pusat perbelanjaan.

“Perumnas yang akan mengelola rusunawa yang berdiri di atas pasar milik PD Pasar Jaya. Teknisnya akan kami bahas lagi secara lebih detail,” kata Arif.

Pemprov DKI Jakarta dan Kemen Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun pasar terpadu rusunawa sejak tahun lalu di Pasar Rumput dan Pasar Minggu. Pemprov DKI menyediakan lahan sementara Kemen PUPR bertanggung jawab untuk membangun ribuan unit rusunawa di atas pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Jaya.

Stasiun KRL

Sementara kerja sama dengan PT KAI ditandatangani Desember 2016 lalu.

“Melalui MoU ini kami berharap mampu memberikan alternatif hunian bagi masyarakat yang lebih efisien karena dengan konsep TOD memudahkan transportasi bagi masyarakat. Pemukiman ini akan memanfaatkan ruang yang tidak terpakai di atas stasiun kereta api,” kata Direktur Utama Perum Perumnas Bambang Triwibowo .

Kawasan terintegrasi dan inklusif  berbasis Transit Oriented Development (TOD) itu juga akan dilengkapi dengan area komersial yang diperuntukan bagi penghuni melakukan perdagangan dan juga terdapat area fasilitas umum penunjang lainnya.

“Melalui konsep TOD ini akan mendekatkan jarak pengguna kereta api, menciptakan efisiensi biaya, waktu, dan tenaga sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup di  perkotaan,” kata Bambang.

Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (jabodetabek) memiliki 80 Stasiun KRL dengan jumlah pengguna mencapai 914.840 penumpang per hari. Mayoritas pengguna menempuh jarak antara rumah dengan stasiun antara 1 hingga 10 km.

Hal ini mendorong kenaikan harga yang signifikan terhadap tanah maupun hunian yang berada di sekitar stasiun. KRL menjadi moda transportasi pilihan masyarakat menuju tempat aktivitas karena lebih efisien dan terhindar kemacetan.

Sementara itu Direktur Korporasi dan Pengembangan Bisnis Perumnas Galih Prahananto mengatakan payung hukum pengembanganTOD tersebut adalah PP 83/2015 (yang mengatur tentang peran Perumnas sebagai pengembang perumahan dan kawasan permukiman serta rumah susun) dan Ijin Ditjen KA untuk optimasi pemanfaatan lahan di beberapa lokasi stasiun KA.

“Pengembangan fasilitas sarana transportasi umum stasiun KA sebagai kawasan mix-use berintensitas tinggi yang terintegrasi dan inklusif, dengan penambahan fungsi-fungsi komersial, hunian vertikal, dan perkantoran, sesuai dengan karakter dan kajian High and Best Use (HBU) dari lokasi tersebut,” kata Galih. [DAS]