Rusia Pastikan Venezuela Tidak Akan Jadi “Suriah” Kedua

Menlu Rusia Sergey Lavrov [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Pemerintah Rusia menilai negara-negara Amerika Latin tidak akan mengambil risiko dengan mengobarkan perang di Venezuela. Risiko untuk itu dinilai terlalu besar untuk Amerika Latin.

Karena itu, kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov seperti diberitakan teleSUR pada Rabu (3/4), upaya kudeta yang digagas oposisi dengan dukungan Amerika Serikat (AS) tidak mengalami kemajuan. Walau retorika agresif pemerintahan AS di bawah Donald Trump diikuti dengan sanksi ekonomi membuat Venezuela kesulitan mengimpor makanan serta obat-obatan.

Campur tangan AS dan sekutunya di Amerika latin melalui apa yang disebut sebagai “bantuan kemanusiaan” hanyalah propaganda untuk menjatuhkan Presiden Nicolas Maduro. The New York Times, bahkan, kata Lavrov, menuliskan truk bantuan yang “dibakar” aparat Venezuela sebagai berita palsu.

Sementara ini, pemerintahan Rusia mengirimkan sekitar 100 tentara ke Venezuela sebagai bagian kerja sama pemeliharaan peralatan militer. Tindakan itu disebut sebagai tindak lanjut dari kerja sama militer kedua negara yang telah dirintis sejak 2001.

Karena sikap itu pula, AS kemudian mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Utusan khusus AS ke Venezuela dan diduga sebagai penjahat perang, Elliot Abrams mengancam Rusia akan membayar harga mahal karena mendukung Venezuela.

Lavrov memastikan ancaman agresi militer yang dikeluarkan AS kepada Venezuela – sejak upaya kudeta oleh Juan Guaido gagal pada Januari lalu – tidak akan terjadi. Pasalnya, negara-negara yang berada di Amerika Latin tidak akan menyetujuinya. Karenanya, Venezuela tidak akan pernah menjadi Suriah kedua.

Dikatakan Lavrov, AS tidak menginginkan adanya pemerintaha demokratis di Venezuela. Mereka ingin “bonekanya” yang memimpin dan menyerahkan segala hal terutama tentang minyak.

Di samping Rusia, pemerintahan Tiongkok juga mengecam upaya AS dan sekutunya itu. Amerika Latin dipastikan berdaulat dan bukan milik siapa pun serta bukan halaman “belakang” dari negara mana pun. [KRG]