Ilustrasi/ist

Koran Sulindo – Nilai tukar rupiah yang menurun pada pekan lalu kemungkinan akan membaik pada pekan depan. Kendati begitu, penguatan rupiah disebut sangat terbatas mengingat minimnya data fundamental perekonomian dalam negeri.

Selama sepekan ini rupiah mengalami pelemahan 52 poin atau setara 0,39 persen. Sedangkan dolar pada perdagangan akhir pekan lalu turun 0,66 poin atau 0,65 persen menuju 101,54 persen.

Pada perdagangan Jumat (3/3), rupiah melemah sebesar 0,19 persen atau 26 poin ke posisi Rp 13.383 per dolar. Sepanjang 2017, rupiah masih meningkat 0,67 persen. Tahun lalu rupiah tumbuh 2,28 persen menjadi Rp 13.473 per dolar.

Prediksi atas rupiah akan mengalami penguatan secara terbatas lantaran ketidakpastian yang dilontarkan Gubernur The Fed Janet Yellen. Ia mengatakan, data-data ekonomi yang diumumkan sepanjang pekan ini adalah indkator kuat untuk memutuskan langkah Fed selanjutnya. Padahal pelaku pasar menunggu penegasan Yellen tentang langkah selanjutnya itu.

Pendapat yang berbeda disampaikan Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures. Ia justru meyakini pergerakan rupiah masih akan didominasi sentimen hawkish. Itu berarti mendorong penguatan dolar AS.

Pidato Yellen, sebut Andri, bernada hawkish, maka peluang rupiah justru akan tertekan cukup terbuka. Rupiah ia perkirakan akan bergerak antara Rp 13.320 hingga Rp 13.500 per dolar. [KRG]