Inisiatif Bung Karno

BARU pada awal 1960-an muncul kesadaran bahwa sudah selayaknya puluhan organisasi pandu dilebur menjadi satu. Dalam Ketetapan  MPRS Nomor II/MPRS/1960 tertanggal 3 Desember 1960  tentang Rencana Pembangunan Semesta Berencana antara lain disebutkan, dasar pendidikan  kepanduan adalah Pancasila, organisasi kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell, serta menyetujui rencana pemerintah untuk mendirikan Pramuka.

Atas dasar itu, pada Maret 1961, Presiden Soekarno memerintahkan kepada seluruh organisasi kepanduan  untuk melebur diri dalam organisasi kepanduan yang dinamakan Pramuka atau Praja Muda Karana. Bung Karno sendiri memperkenalkan nama Pramuka, yang artinya ‘rakyat muda yang senang bekerja’.

Dalam pidatonya di depan sekitar 150 wakil organisasi kepanduan yang dipimpin Sri Sultan Hamangku Buwono IX , Bung Karno mengatakan, selama 15 tahun Indonesia merdeka, mereka yang berminat menjadi pandu dari seluruh  organisasi kepanduan waktu itu hanya sekitar 500 ribu orang. “Padahal harusnya jumlah anggota pandu bisa mencapai 20 juta orang. Pramuka nantinya disiapkan untuk perjuangan pembangunan,” tutur Soekarno berapi-api, seperti ditulis Suluh Indonesia edisi 16 Maret 1961.

Keinginan Soekarno  akan pentingnya suatu wadah kepanduan  tampaknya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Pada akhir Mei 1961, Panglima Kodam Siliwangi Ibrahim Adjie mengeluarkan pernyataan soal kepanduan.

Adjie mengatakan, Lord Badan Powell  bukan Bapak Kepanduan Indonesia. Powell adalah Bapak Boy Scouts Bangsa Inggris. Tujuan Powell mendirikan kepanduan untuk kepentingan negaranya yang baru menghadapi pemberontakan Boer di Afrika Selatan, serta ketegangan menghadapi Perang Dunia I. Powell mengajak pemuda Inggris untuk terlibat “menyelamatkan” negaranya.

“Powell bukan penyelamat dunia dari kehancuran, seperti yang dilakukan Henry Dunant membentuk Palang Merah benar-benar untuk kemanusiaan. Dunant benar-benar Bapak Pelang Merah dunia,” ujar Adjie dikutip Pikiran Rakjat, 1 Juni 1961. Ia menginginkan kepanduan Indonesia berkiblat kepada tokoh Indonesia sendiri, serta punya nasionalisme.

Pada Juni 1961 dibentuk Panitya Pembentukan Gerakan Pramuka, yang dipimpin Brigjen Aziz Saleh.Panitia ini melaksanakan Ketentuan Presiden Nomor 238/1961 yang mulai berlaku pada 20 Mei 1961. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka sudah  ada, antara lain pada Pasal 1 Bab I, yang menyebutkan perkumpulan ini dinamakan Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana.

Gerakan Pramuka adalah perkumpulan gerakan pendidikan kepanduan kebangsaan Indonesia untuk anak-anak dan pemuda WNI. Demikian diberitakan (Antara pada 2 Juni 1961.

Keputusan ini  didukung berbagai organisasi kepanduan, seperti Pandu Rakjat Indonesia, Hizbul Wathon,  Kepanduan Bangsa Indonesia, Kepanduan Nasional Aisyah, Kepanduan Al Irsyad, Pandu Islam Indonesia, dan Pandu Katolik.  Pramuka diharapkan berdiri sebelum 17 Agustus 1961, seperti diberitakan Suluh Indonesia edisi 7 Juni 1961.

Akhirnya, pada 30 Juli 1961, para wakil organisasi kepanduan di Indonesia menyatakan  dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka di Istana Olahraga Senayan .Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.

Menjelang pelantikan anggota Pramuka se-Indonesia, sejumlah kwartir daerah (kwarda) mengirimkan delegasinya ke Jakarta. Kwarda yang terbesar ialah Kwarda  Jawa Barat. Pikiran Rakjat edisi 14 Agustus 1961 melaporkan, pada Minggu pagi tanggal 13 Agustus 1961, sekitar 1000 anggota Pramuka berbaris di Lapangan Jalan Diponegoro, Bandung (Gedung Sate).  Mereka berparade di depan para pembesar Jawa Barat sebelum berangkat ke Jakarta.

Pada Senin sore, 14 Agustus 1961, Presiden Soekarno berpidato di hadapan sekitar 10 ribu anggota Pramuka di Istana Negara, Jakarta. “Kami semua bukan lagi pandu biasa, tetapi Pramuka. Jika dulu hanya bisa sekadar berbaris, bikin tali-temali, atau api unggun, sekarang sebagai Pramuka disiapkan untuk perjuangan pembangunan,” kata Bung Karno.

Dalam kesempatan itu, Panji Kehormatan Pramuka diserahkan Presiden Soekarno kepada Wakil Ketua I Gerakan Pramuka Sultan Hamangkubuwono IX, sebagai tanda diresmikannya Gerakan Pramuka di seluruh Indonesia. Upacara dilakukan selama satu setengah jam.

Majelis Pimpinan Nasional Pramuka saat itu  dipimpin oleh Bung Karno, dengan Wakil Ketua I Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr. A Aziz Saleh. Kwartis nasional diketuai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Brigjen TNI Dr. A. Aziz Saleh sebagai wakil ketua merangkap Ketua Kwarnari.

Pendirian Gerakan Pramuka merupakan sebuah megaproyek dari Bung Karno dalam pembangunan karakter bangsa atau proyek cinta Tanah Air agar para pemuda-pemudi Indonesia mencintai negerinya.

* Artikel ini pertama dimuat pada 26 Juni 2018

[Irvan Sjafari, Sejarawan]