Koran Sulindo – Bagi petahana Joko “Jokowi” Widodo dan lawannya, Prabowo Subianto, suara pemilih muda sangatlah penting dalam ajang pemilihan presiden (pilpres) tanggal 17 April mendatang.
Jumlah pemilih muda mencapai 100 juta atau 52% dari jumlah pemilih tetap Pemilu 2019 sekitar 192 juta.
Karena jumlahnya yang signifikan, baik Jokowi dan Prabowo menggunakan berbagai macam strategi untuk menggaet suara generasi muda.
Penelitian saya menemukan setidaknya ada dua cara untuk menggaet para pemilih muda. Pertama, gunakan media sosial. Kedua, sebarkan tiga jenis informasi terkait program kerja, prestasi kerja, dan kepribadian kedua kandidat secara terus menerus dan simultan melalui media sosial.
Memahami Pemilih Muda
Kaum muda seringkali dikategorikan sebagai kelompok usia yang terpisah dari politik dan kondisi ini berkontribusi terhadap timbulnya rasa apatis hingga keterasingan terhadap politik.
Rasa apatis ini muncul di kalangan muda karena mereka yakin bahwa politikus sebenarnya tidak peduli dan mereka akan segera melupakan janji-janji yang mereka sampaikan pada saat kampanye.
Rasa apatisme terhadap politik ini muncul kuat di kalangan muda Indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Centre of Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2017 menunjukkan bahwa hanya 2.3% pemilih muda di Indonesia yang menunjukkan minat terhadap politik.
Menjelang pilpres dan pemilihan umum (pemilu) bulan April, banyak anak muda menyerukan ajakan untuk tidak memilih alias menjadi golput (golongan putih). Awal tahun lalu, sekelompok mahasiswa di Jakarta mendeklarasikan Milenial Golput karena mengaku kecewa dengan dua kubu di pilpres 2019.
Dari sejarahnya, gerakan golput memang dimotori oleh para pemuda dan mahasiswa yang kecewa dan memprotes terhadap penyelenggaraan Pemilu 1971.
Gunakan Media Sosial
Pemilih muda merupakan kelompok usia yang termasuk dalam kategori generasi milenial. Berdasarkan hasil penelitian Pew Research Centre Amerika, generasi milenial adalah mereka yang berusia antara 23 sampai 35 tahun.
Menurut data terkini, kelompok usia generasi milenial masuk dalam pengguna internet terbesar di Indonesia. Mereka mendominasi 66,2% penggunaan internet di Indonesia.
Selain pengguna berat media sosial, karakter generasi milenial adalah mereka lebih memilih telepon selular dibandingkan televisi dan mereka lebih suka melihat gambar ataupun video dan kurang suka membaca secara konvensional.
Karakter-karakter inilah yang mendorong mengapa media sosial lebih efektif digunakan untuk menggaet pemilih muda dibandingkan jenis media yang lain.
Jenis Informasi
Penelitian yang saya lakukan pada tahun 2015 dan 2016 menemukan bahwa meskipun pemilih muda apatis secara politik, ada tiga jenis informasi dari kandidat yang mereka rasa penting.
Ketiga jenis informasi itu adalah informasi tentang program kerja calon, informasi tentang prestasi kerja, dan kepribadian calon.
Penelitian saya dilakukan dalam konteks Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 yang memilih Joko “Jokowi” Widodo-Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama sebagai pemenangnya. Dari 28 jenis informasi yang saya identifikasi, tiga jenis informasi yang saya sebut di atas yang dianggap paling penting bagi 385 responden mahasiswa dari 14 universitas di Jakarta.
Informasi tentang program kerja merupakan informasi paling penting yang harus diketahui oleh para pemilih muda karena melalui informasi ini mereka dapat mengetahui apa yang akan terjadi 5 tahun ke depan sebagai warga negara.
Sementara informasi tentang prestasi kerja mencakup informasi mengenai keberhasilan yang pernah diraih kandidat sebagai pejabat pemerintah atau prestasi di bidang lainnya yang dapat mendukung kinerja mereka nantinya.
Terakhir, informasi mengenai kepribadian calon presiden mencakup prinsip dan filosofi yang dipegang oleh mereka sekaligus cerita pribadi yang dapat memberikan gambaran mengenai karakter mereka dan apakah mereka adalah sosok yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya atau tidak.
Penyampaian tiga jenis informasi ini secara berkesinambungan dan simultan di berbagai jenis media sosial mampu menjadikan pemilih muda lebih mengenal atau akrab dengan calon pilihannya.
Selain itu, penggunaan gaya bahasa juga penting ketika memberikan informasi di atas. Gunakan gaya bahasa yang relevan dan akrab di telinga kaum muda sehingga informasi yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami.
Pentingnya Pemilih Muda
Penyampaian informasi positif seperti program kerja, prestasi kerja, dan kepribadian kandidat presiden secara terus-menerus dan berkala dapat membentuk kepercayaan pemilih muda. Rasa percaya inilah yang pada akhirnya dapat mendorong pemilih muda untuk berpartisipasi dalam pilpres 2019.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia berada dalam kondisi bahaya jika banyak pemilih muda memilih menjadi golput dalam pilpres dan pemilu 2019.
Mari selamatkan demokrasi kita dengan menyusun pendekatan yang tepat untuk mggaet pemilih muda. [Prida Ariani Ambar Astuti, Research Scholar pada North-Eastern Hill University, Shillong, Meghalaya, India; pengajar di School of Communication, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya]. Tulisan ini disalin dari theconversation.com.