Ratusan Ribu Ibu-ibu Muslimat NU Hijaukan Gelora Bung Karno

Ilustrasi/nu.or.id

Koran Sulindo – Mereka tetap bershalawat sambil mengenakan jas hujan atau payung. Mereka sudah mulai meluberi area sekitar Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta sejak menjelang subuh. Dan mereka tetap bertahan dalam terpaan hujan dan nagin dingin hingga acara selesai sore ini.

Ibu-ibu Muslimat NU dari seluruh penjuru tanah air itu, sebagian besar mengenakan busana berwarna hijau, merayakan Hari Lahir (Harlah) Muslimat Nahdlatul Ulama ke-73, Minggu (27/1/2019) ini.

Jumlah mereka lebih dari seratus ribu orang. Mereka telah hadir di stadion sejak pukul 02.00 WIB dini hari, mengikuti serangkaian acara mulai sholat tahajjud, sholat hajat, istighosah dan sholat subuh. Setelah sholat Subuh dilaksanakan khataman Al Quran, yang sudah dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia sejak  November lalu.

Ketika 999 orang penari sufi dari Pondok Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran, Magetan, Jawa Timur, berputar-putar di sekitar mereka, ibu-ibu dari kampung-kampung seluruh Indonesia itu tetap bertahan di tengah guyuran hujan yang cukup deras. Tarian tersebut juga dicatat sebagai rekor oleh Museum Rekor Indonesia sebagai tarian sufi dengan penari terbanyak.

Para penari ini  sudah siap sejak sekitar pukul 05.30 WIB. Mereka terus berputar seiring lantunan shalawat badar dan shalawat ‘Ya Rasulallah Salamun Alaik’, yang dibawakan seorang pria di atas panggung. Shalawat itu langsung digemakan juga ibu-ibu Muslimat yang duduk di sekeliling tribun GBK.

Beberapa orang terlihat meneteskan air matanya seraya ikut melantunkan shalawat yang dimahsyurkan Habib Ahmad bin Umar Alhinduan Ba ‘Alawy itu. Beberapa yang lain mendekati para penari dan berpotret.

120 Ribu Orang

Ketua Panitia Harlah ke-73 Muslimat NU itu, Yenny Wahid, mengatakan kegiatan Harlah ini tidak hanya dilakukan di Jakarta, tetapi juga serentak di daerah-daerah.

“Kegiatan ini diikuti serentak oleh jutaan anggota Muslimat NU, baik secara fisik maupun yang berada di daerahnya masing-masing, bersama-sama bermunajat meminta kepada Allah SWT untuk keselamatan bangsa,” kata Yenny, Wahid di sela-sela persiapan Harlah di GBK, seperti dikutip nu.or.id.

Perhelatan itu mengusung tema ‘Khidmah Muslimat NU Jaga Aswaja Teguhkan Bangsa’.

Ilustrasi/nu.or.id

Saat ini jumlah anggota Muslimat NU diperkirakan sekitar 32 juta orang, tersebar di 34 pimpinan wilayah (PW), 524 pimpinan cabang (PC), 2.295 pimpinan anak cabang (PAC), dan 26 ribu pimpinan ranting (PR).

Jumlah tersebut termasuk jamaah yang tersebar di luar negeri dalam wadah Pengurus Cabang Istimewa (PCI). Saat ini PCI Muslimat NU terbentuk di antaranya di Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Arab Saudi, Sudan, Belanda, dan Inggris.

Sejak awal berdirinya mempunyai komitmen untuk berkhidmah di tengah masyarakat. Muslimat NU memiliki pelbagai macam layanan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Sejumlah layanan tersebut terwadahi dalam yayasan-yayasan, antara lain Yayasan Kesejateraan Muslimat NU (YKMNU), Yayasan Pendidikan Muslimat NU (YPMNU), Yayasan Haji Muslimat NU (YHMNU), serta Himpunan Daiyah dan Majelis Taklim Muslimat NU (Hidmat MNU).

Di bidang pendidikan, Muslimat NU memiliki lebih dari 16.000 Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), mengelola Raudatul Athfal (RA) dan Taman Kanak-kanak (TK) lebih 9.800, dan lebih 6.400 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Di bidang kesehatan, Muslimat NU mengelola satu-satunya Klinik Hemodialisis yang sudah mengantongi ISO, Rumah Sakit Ibu dan Anak di Jombang berstandar nasional serta rumah sakit umum yang dikelola secara profesional.

Di bidang pemberdayaan ekonomi, Muslimat juga mengelola Induk Koperasi Annisa. Saat ini jumlahnya 143 koperasi yang berbadan hukum.

Muslimat NU juga memperkuat layanan sosial melalui 144 panti asuhan yang dikelolanya untuk merawat anak-anak terlantar. Juga untuk merawat lansia dengan membuka panti lansia berbasis pesantren.

Pada momen Harlah ke-70 di Stadion Gajayana Malang, Jawa Timur pada 2016 lalu, Muslimat NU dengan gagah berani membentuk Laskar Anti-Narkoba. Laskar ini tersebar di 34 provinisi yang dipimpin oleh seorang komandan laskar. Sosialisasi bahaya narkoba dilakukan pada setiap kegiatan dan forum-forum pengajian.

Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi menghadiri acara ini pagi tadi.

Presiden Jokowi mengatakan pentingnya untuk menjaga nilai-nilai toleransi, saling menghargai di antara suku-suku yang ada.

Menurut Jokowi, Indonesia sangat besar, berpenduduk 260 juta orang, menyebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Penduduk Indonesia pun bermacam-macam, majemuk, berbeda suku, berbeda agama, berbeda bahasa daerah.

“Sudah menjadi sunatullah bahwa Indonesia ini berbeda-beda,” kata Jokowi, seperti dikutip setkab.go.id.

Kepala Negara mengingatkan kembali untuk tidak saling mencela, menghina, mengejek, dan menyebarkan hoaks..

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Agil Siradj, menyampaikan bahwa tidak ada surat dalam Alquran yang memiliki nama Arrijal, tetapi An-Nisa.

Pahlawan pertama dalam Islam, menurut Ketua Umum PB NU, yakni Sumayyah yang wafat karena mempertahankan agama.

“Sikap kita harus moderat, tidak boleh ekstrem. Mari kita jaga NKRI, kita jaga Pancasila. Inilah Islam yang berkarakter,” kata Said Agil.

Sementara Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan dari Muslimat NU telah lahir para tokoh yang berintegritas.

“Muslimat menjadi bagian dari yang mensyukuri nikmat. Kekuatan Muslimat NU dengan kemandiriannya. Kita bangun kemandirian dari tingkat cabang, wilayah dan pusat,” katanya.

Pada kesempatan itu, Muslimat NU juga mendeklarasikan untuk tidak melakukan penyebaran hoaks, tidak menyampaikan fitnah dan ghibah.

“Bangun negeri ini dengan pemikiran positif,” kata Khofiffah.

Deklarasi Pernyataan Anti Hoaks, Fitnah dan Ghibah:

Dengan rahmat Allah Yang Mahakuasa, Kamu warga Muslimat NU berikrar:

Menolak hoaks, fitnah, dan ghibah yang dapat memicu perselisihan dan perpecahan bangsa;

Tidak akan menyebarkan dan membuat berita bohong, ujaran kebencian, fitnah, dan ghibah;

Membudayakan menyaring sebelum menyebarkan informasi yang diterima;

Berpikir positif untuk menguatkan ukhuwah dan persatuan bangsa. [DAS]