Ratusan Patok Batas Indonesia-Malaysia yang Puluhan Tahun Tak Terlihat Ditemukan

Tim Patroli Patok Perbatasan Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonif Raider 613/Rja. Foto: Korem 091/ASN

Koran Sulindo – Setelah kurang-lebih 42 tahun tak diketahui keberadaannya, 371 patok penanda batas Indonesia-Malaysia di Nunukan, Kalimantan Utara, ditemukan pada Februari 2019 lalu. Yang menemukan adalah tim patroli patok perbatasan yang tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas RI-Malaysia) Yonif Raider 613/Raja Alam (Rja).

“Sebanyak 371 patok perbatasan yang ditemukan itu berada di area blank post [kawasan yang belum pernah terpatroli] di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara,” kata Kepala Penerangan Korem 091/Aji Surya Natekesuma, Kapten Arh Asrul Aziz, di Samarinda, sebagaimana dikutip antaranews.com.

Memang, salah tujuan pembentukan satgas tersebut adalah untuk menemukan kembali patok-patok perbatasan. Untuk itu juga, Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonif Raider 613/Rja selama sebulan penuh, dari awal sampai akhir Februari, melakukan patroli di daerah perbatasan. Patroli dimulai dari patok C700 hingga patok C482.

Tim ini dipimpin Letnan Satu Infanteri Solo Atmanegara, yang merupakan Komandan Pos Long Midang. Pendampingnya Perwira Topografi, Letna Dua Ctp Yudi.

Untuk menemukan ratusan patok itu, mereka menyusuri medan yang cukup sulit, dengan cuaca ekstrem. Mungkin itu sebabnya kawasan itu menjadi blank post, yang sudah hampir setengah abad belum pernah dipatroli dan didatangi manusia lain.

Komandan Satgas Pamtas Yonif Raider 613/Rja Letkol TNI Inf Fardin Wardhana pun menyatakan rasa hormat dan bangga atas kegigihan para prajurit dalam melaksanakan patroli patok di blank post area. “Dengan berlandaskan tekad kuat sebagai pasukan penjaga perbatasan, tugas tersebut dapat dijawab dengan baik. Setapak demi setapak, kaki prajurit menembus kawasan yang hampir 42 tahun tidak dipatroli, bahkan menggunakan helikopter sekalipun, karena medan tertutup kabut sepanjang hari,” kata Fardin.

Jarak yang ditempuh jajarannya dalam operasi tersebut, lanjutnya, mencapai 80 kilometer, mulai berangkat hingga kembali ke pos perbatasan di Midang. Ketinggian medan yang dijelajahi dalam menyusuri patok perbatasan ada di kisaran 1.200-1.997 meter di atas permukaan laut, dengan suhu berkisar 7-13°C pada malam hari dan 18-23°C pada siang hari.

Dalam kesempatan itu, para prajurit juga membersihkan di area sekitar patok, yang sebelumnya banyak tertutup tanah dan belukar. “Umumnya patok perbatasan yang ditemukan prajurit masih bagus. Hanya ada beberapa patok yang miring dan tertimbun tanah akibat longsor dan reruntuhan pohon, tapi kini posisi patok itu sudah diperbaiki,” ujar Fardin lagi.

Medan yang berat juga harus dilalui Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 725/Woroagi, yang berpatroli untuk mengawasi patok perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Menurut komandan satgas itu, Letkol Hendry Ginting, tim-nya yang dipimpin Letda Inf Fransiskus Nganggu harus menempuh perjalanan dengan jalan kaki selama empat hari, pergi-pulang, untuk melakukan patroli yang dimulai dari Pos Somografi pada 18 Februari 2019 lalu dan berakhir di patok MM 4.5.

Diungkapkan Hendry lagi, untuk sampai ke patok MM 4.5, Letda Inf Fransiskus bersama 14 anggotanya membutuhkan waktu 2 hari 1 malam. Mereka harus melewati berbagai medan yang berat dan ekstrem, antara lain melewati gunung, sungai, rawa, dan hutan yang begitu lebat. “Namun semuanya itu tidak menjadi penghalang bagi kami karena semangat cinta Tanah Air. Patroli patok perbatasan RI-PNG MM 4.5 ini merupakan tanggung jawab Pos Somografi,” ujar Hendry.

Seperti dilaporkan Letnan Fransiskus, lanjutnya, patok perbatasan yang berpelat besi masih dalam kondisi baik, meski dipenuhi lumut dan alang-alang di sekitarnya. “Patok tersebut kondisinya baik. Hanya banyak lumut dan alang-alang, sehingga kami lakukan pembersihan untuk tetap menjaga kondisi patok perbatasan agar tetap utuh,” tutur Hendry. [PUR]