Koran Sulindo – Raja Thailand Bhumibol Adulyadej diumumkan menutup usia pada umurnya yang ke-88 tahun. Ia merupakan sosok yang dihormati dan pemersatu bangsa selama 70 tahun.
Pengumuman ini sontak membuat tangis rakyat Thailand pecah. Berdasarkan keterangan resmi, Bhumibol Adulyadej telah dirawat sejak sepekan terakhir di sebuah rumah sakit. Lalu, pengumuman itu datang. Ia dinyatakan meninggal dunia pada Kamis (13/10) sore.
Berita ini membuat sebagian besar rakyat Thailand menangis. Bahkan mereka rela mendatangi rumah sakit, tempat Bhumibol Adulyadej dirawat. Mereka lantas bertahan di luar rumah sakit. “Aku hanya ingin berada di sini dan berdoa untuk Raja bersama dengan yang lainnya,” kata Mei, seorang mahasiswa berusia 22 tahun seperti dikutip cnn.com.
“Kami kehilangan ayah kami hari ini. Hidup Raja.”
Raja Bhumibol telah berkuasa selama 70 tahun. Ia bahkan disebut sebagai Raja yang paling lama memerintah di dunia. Sejak dirawat 3 Oktober lalu, ratusan rakyat Thailand saban hari berkumpul di depan Rumah Sakit Siriraj, Bangkok – tempat Raja dirawat. Ketika matahari mulai meredup, jumlah orang yang berkumpul justru semakin banyak hingga mencapai ribuan orang.
Sebagian rakyat memakai pakaian berwarna merah jambu – warna yang diyakini mampu memulihkan kesehatan – dan warna kuning, warna yang merupakan simbol Raja. Atas peristiwa ini, gedung-gedung pemerintahan akan mengibarkan bendera Thailand selama 30 hari. Dan itu dimulai sejak 14 Oktober besok.
Para pegawai pemerintahan diimbau untuk memakai pakaian warna hitam selama setahun sebagai tanda berkabung. Mayoritas rakyat Thailand menghormati Raja. Ia juga mampu menempatkan kekuasaannya di atas situasi politik di Thailand. Kadang kala bertindak atas nama rakyat untuk memecahkan krisis politik dan kudeta militer yang acap terjadi di Thailand.
Karena perbuatannya itu, rakyat Thailand menganggap Raja Bhumibol sebagai sosok seorang ayah. Ayah yang ingin melakukan segala seuatu, hal terbaik untuk anak-anaknya. Maka, selama sakit, rakyat Thailand berharap ada keajaiban untuk menyembuhkan Sang Raja. Kematiannya itu menjadi hal yang sulit diterima rakyat.
Sebagian dari mereka justru tidak percaya soal kematian Raja. Mereka hingga hari ini masih berharap berita kematian itu adalah sebuah kebohongan belaka. (KRG)