Jakarta – Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawarkan untuk menghentikan serangannya ke Ukraina di garis depan.
Melansir dari Financial Times pada Rabu (23/04/2025), Putin mengatakan kepada utusan Trump, Steve Witkoff, selama pertemuan di St Petersburg awal bulan ini bahwa Moskow dapat melepaskan klaimnya atas empat wilayah Ukraina yang sebagian diduduki, yaitu Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia.
Usulan tersebut merupakan indikasi formal pertama yang Putin berikan sejak bulan-bulan awal perang tiga tahun lalu.
Menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, ini adalah bagian dari upaya untuk mencapai kesepakatan damai dengan presiden AS Donald Trump.
Sejak itu, AS telah melontarkan gagasan tentang pengakuan Washington terhadap kepemilikan Rusia atas semenanjung Krimea dan kendali de facto Kremlin atas sebagian dari empat wilayah Ukraina.
Pejabat Eropa yang diberi pengarahan tentang upaya AS untuk mengakhiri perang memperingatkan bahwa Putin mungkin akan menggunakan konsesi itu sebagai umpan untuk memikat Trump agar menerima tuntutan Rusia lainnya dan memaksakannya pada Ukraina sebagai kenyataan yang sudah pasti.
“Ada banyak tekanan pada Kyiv saat ini untuk menyerah pada berbagai hal sehingga Trump dapat mengklaim kemenangan,” kata seorang pejabat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Selasa (22/04/2025) bahwa ia belum menerima usulan dari Trump tentang langkah-langkah spesifik untuk mengakhiri perang.
Namun, ia mengatakan begitu gencatan senjata diberlakukan, ia akan siap berbicara langsung dengan Putin.
“Ada sinyal, ide, diskusi, tetapi itu bukan usulan resmi,” ujar Zelenskyy. Jika usulan resmi tersebut datang, ia menambahkan, “kami akan menjawab”.
Tidak jelas apakah Trump telah meminta Ukraina untuk secara resmi mengakui aneksasi Rusia atas Krimea. Namun, Zelenskyy menegaskan kembali posisinya di semenanjung Laut Hitam.
“Ukraina tidak akan mengakui pendudukan Krimea. Itu wilayah kami, wilayah rakyat Ukraina, tidak ada yang perlu dibahas di sini,” katanya pada hari Selasa.
Rusia juga telah menolak beberapa saran AS, termasuk kehadiran militer negara-negara NATO di Ukraina. [BP]