Puti Guntur Soekarno

Koran Sulindo – Kedatangan cucu Presiden Soekarno itu membangkitkan kegairahan luar biasa pada rakyat di akar rumput. Setiap Puti Guntur Soekarno turun ke pojok-pojok Jawa Timur mereka menyambut; beberapa orang yang sudah berusia di atas 70-tahun bahkan datang pagi-pagi dari jauh, hanya untuk menyaksikan sendiri kembalinya ruh Soekarno ke badan cucu yang tak sempat dilihat sendiri Presiden RI pertama itu.

Marhaenisme, Soekarnois, seperti hidup lagi di bagian paling timur Pulau Jawa itu.

“Kalau turun ke daerah ke basis, itu terasa banget. Bahasanya keluar. Puti adalah perekat. Bahasa marhaennya seolah keluar dari mulut kakeknya, pidatonya bagus, dan orangnya rendah hati, humble,” kata Afwan Maksum, anggota DPRD Provinsi Jatim, kepada Koran Sulindo, pekan lalu.

Berdasar survei internal PDI Perjuangan, kans pasangan calon gubernur-wakil gubernur Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Puti kini di angka 70 persen untuk memenangkan pemilihan pada Juni 2018 nanti.

“Eskalasi gerakan yang terjadi luar biasa setelah Puti dipilih sebagai dari calon PDIP. Dulu orang-orang yang hatinya di PDIP, pasti memilih PDIP dalam Pilgub nanti, tapi menyerahkan semuanya ke partai, sekarang ikut keluar bekerja bersama karena datangnya Puti,” kata Afwan.

Gairah itu terlihat ketika Puti kampanye di Pasar Kota Kabupaten Bojonegoro, akhir Maret lalu. Banyak pedagang meminta foto bersama, beberpa bahkan memberikan secara gratis barang dagangannya pada Puti, mulai dari buah jeruk hingga getuk. Seorang bapak tua penjual kedelai bernama Santo bahkan turun mendadak dari sepeda motornya hanya untuk curhat.

Dalam beberapa survei terakhir, pasangan Gus Ipul-Puti memang sudah mengatasi pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak. Tapi keunggulannya begitu tipis sehingga diperkirakan pertarungan Pilgub di Jatim akan keras dan akan dimenangkan mereka yang tetap bekerja keras hingga waktu pencoblosan tiba.

Secara nasional, nama Khofifah memang solid. Pada awal kontetasi, Gus Ipul sebenarnya sempat keteteran, tapi dengan datangnya Puti, mulai bangkit mengejar dan kini malah mulai menyalip.

“Di Pilgub Jatim ini dengan datangnya Puti semua kader bergerak, gotong royong,” katanya.

Para kader tegak lurus pada perintah partai. Bahkan seluruh kader PDIP tingkat nasional juga turun ke lapangan membantu para kader tingkat DPD, DPC, hingga ranting. Semua menyingsingkan lengan baju.

Nasionalis dan Santri

Jatim terbagi secara garis besar ke dalam dua daerah yang biasanya digampangkan dengan mataraman dan tapal kuda. Daerah mataraman adalah basis kaum nasionalis, abangan, dengan batas wilayah yang masih bersinggungan dengan Jawa Tengah, misalnya Trenggalek, Madiun, Pacitan, Sidoarjo, Kediri, Mojokerto, Lamongan, Bojonegoro, Jombang, Malang, Gresik, dan Nganjuk. Daerah tapal kuda adalah basis kaum santri misalnya Situbondo dan Madura. Jumlah pemilih di Jatim pada Pilgub nanti terpotong hampir persis sama.

“Program Gus Ipul dan Puti salah satunya fokus ke pendidikan vokasi, dengan fokus pada kelebihan daerah masing-masing,” kata Afwan.

Politisi PDIP dari daerah pemilihan Bojonegoro itu mengatakan masih banyak yang belum tergarap di Jatim, misalnya ribuan tempat wisata yang masih tak terkelola dengan baik. Menurut Afwan, gagasan Mantan Gubernur Jatim Soekarwo menjadikan Jatim sebagai sumber daging nasional dengan membangun peternakan sapi sebenarnya sangat tepat, namun sayang belum ada tanda-tanda dijalankan.

Menurutnya, program-program Gus Ipul dan Puti relevan dengan kebutuhan masyarakat Jatim, misalnya program menggratiskan kembali biaya pendidikan SMA/SMK yang kini dikelola pemerintah provinsi.

Program unggulan lain adalah pemberdayaan ekonomi perempuan dan peningkatan ekonomi kreatif.

Jatim sebenarnya adalah daerah yang sangat subur, sumber daya alamnya melimpah, sumber energinya tak kekurangan, dan sumber daya manusianya juga tak kurang-kurang. Jatim juga adalah sumber pangan Indonesia. Semua itu menunggu digarap, semua itu perlu pemimpin yang mengerti rakyat.

Puti adalah perekatnya. Dan yang utama, Puti mampu membangkitkan kembali ruh Bung Karno di Jatim.

“Saya minta tolong, ajak dan bangunkan para pecinta Soekarno yang lain, para Soekarnois, agar bergabung untuk memenangkan Gus Ipul dan Mbak Puti dalam Pilkada Jatim 2018,” kata Puti, dalam Rakorcab PDIP Kota Surabaya, akhir Januari lalu.

Gaya berpidato Puti memang memukau, mengingatkan orasi Bung Karno, dan mampu menyihir para pengurus PDIP.  Puti meyakini masih banyak Soekarnois yang saat ini menjadi kekuatan diam di Jatim.

“Saudara-saudara se-perjuangan, datanglah dari rumah ke rumah. Ketuklah pintu-pintu rumah warga. Jelaskan program-program Gus Ipul dan saya. Ajaklah pemilih untuk mencoblos nomor 2,” kata Puti, saat Rakercabsus PDIP Sidoarjo, pekan lalu.

Cucu Bung Karno itu juga berpesan agar PDIP sebagai representasi kekuatan nasionalis bergandeng tangan dengan seluruh kekuatan nahdliyin di Sidoarjo. Dia kembali mengingatkan pesan penting dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

“Ibu Megawati berpesan agar Pilkada Jawa Timur menjadi momentum untuk merajut Merah Putih, merawat kebangsaan, terutama antara kaum nasionalis dan nahdliyin,” kata Puti.

“Karena saat saya diturunkan Ibu Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk menjadi Cawagub di Jawa Timur, saya mendapat tugas untuk merawat kebersamaan, merawat kebangsaan, antara kaum nasionalis dan nahdliyin,” kata Puti.

Tugas Puti menjadi perekat. Tugas seluruh kader untuk memenangkannya dalam Pilkada nanti. [DAS]