Psikologi di Balik Daya Tarik Film Horor

Ilustrasi menonton film horor (IStockphoto)

Bagi sebagian orang, menonton film horor bukan sekadar hiburan biasa, melainkan sebuah pengalaman yang dinanti-nantikan. Setiap kali ada film horor terbaru yang rilis, mereka tak sabar untuk segera menontonnya, menikmati sensasi tegang dan adrenalin yang terpacu.

Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa banyak orang justru menikmati perasaan takut? Mengapa sesuatu yang seharusnya dihindari malah menjadi hiburan yang begitu digemari? Apakah ini hanya soal keseruan semata, atau ada faktor psikologis yang lebih dalam di balik ketertarikan manusia terhadap kisah-kisah horor? Mari kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini.

Setiap orang setidaknya pernah mengalami sensasi merinding saat mendengar cerita horor atau menonton film yang menyeramkan. Meskipun ketakutan adalah respons alami yang seharusnya dihindari, anehnya, banyak orang justru menikmati pengalaman tersebut.

Ketakutan, yang sering kali dikaitkan dengan sesuatu yang negatif, ternyata dapat menjadi bentuk hiburan yang aman. Saat seseorang menonton film horor atau mendengar kisah seram, otaknya menyadari bahwa ancaman tersebut tidak nyata. Ini memicu pelepasan adrenalin yang memberikan sensasi menegangkan, seperti saat menaiki wahana yang ekstrem. Sensasi ini sering kali menimbulkan euforia, membuat orang ketagihan dan ingin mengulanginya.

Selain itu, manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal yang belum diketahui atau sulit dijelaskan secara logis. Kisah horor sering kali dipenuhi dengan misteri yang belum terpecahkan, seperti keberadaan makhluk supranatural atau fenomena aneh.

Ketidakpastian ini menggugah imajinasi dan membuat banyak orang tertarik untuk menggali lebih dalam. Bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga tantangan bagi otak untuk memahami sesuatu yang berada di luar nalar. Banyak dari mereka yang tertarik pada film horor hingga mencari fakta aslinya, terlebih jika film itu diangkat dari kisah nyata.

Menonton atau mendengarkan kisah horor juga bisa menjadi sarana pelepasan emosi atau katarsis. Ketakutan yang ditimbulkan dari cerita horor memungkinkan seseorang untuk menyalurkan stres dan kecemasan dalam bentuk lain. Setelah mengalami ketegangan selama cerita berlangsung, ada perasaan lega yang muncul ketika semuanya berakhir. Ini memberikan kepuasan psikologis yang unik, seperti perasaan tenang setelah berhasil melewati situasi menegangkan.

Dalam konteks sosial dan budaya, kisah horor memiliki peranan yang cukup penting. Di berbagai masyarakat, cerita mistis digunakan sebagai alat edukasi atau pengendalian sosial. Sebagai contoh, di Indonesia, banyak cerita hantu yang diceritakan kepada anak-anak agar mereka tidak keluar malam atau melakukan tindakan yang tidak seharusnya.

Ada juga film horor yang menceritakan tentang pentingnya menjaga sikap di gunung, hutan atau tempat lain yang dianggap angker dan asing, tujuannya agar menghargai keberadaan mahkluk yang tidak kasat mata. Selain itu, menonton film horor bersama teman atau keluarga bisa menjadi pengalaman sosial yang mempererat hubungan, karena rasa takut sering kali membuat seseorang lebih membutuhkan dukungan dari orang di sekitarnya.

Menariknya, bagi sebagian orang, menonton atau membaca kisah horor juga menjadi cara untuk menguji batas ketakutan mereka. Ada kepuasan tersendiri ketika seseorang berhasil menonton film horor tanpa menutup mata atau mendengar cerita menyeramkan tanpa merasa ketakutan berlebih. Ini bisa meningkatkan rasa percaya diri dan membuat seseorang merasa lebih kuat dalam menghadapi ketakutannya di dunia nyata.

Selain memberikan sensasi yang menegangkan, kisah horor juga mengandung nilai pembelajaran yang tidak disadari oleh banyak orang. Film-film horor sering kali menampilkan konsekuensi dari tindakan buruk yang dilakukan oleh para tokohnya. Misalnya, dalam film-film yang bertemakan balas dendam, penonton disajikan dengan cerita yang berakhir tragis, mengajarkan bahwa kebencian dan dendam hanya akan membawa penderitaan.

Ada pula film yang menggambarkan tindakan kriminal, seperti pembunuhan, yang berujung pada kehancuran mental dan emosional bagi pelakunya. Dengan melihat pengalaman buruk yang dialami oleh karakter dalam cerita, penonton secara tidak langsung belajar untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.

Namun, meskipun kisah horor memiliki berbagai manfaat, tidak semua orang mampu menikmatinya tanpa dampak negatif. Reaksi terhadap film horor sangat tergantung pada minat, kondisi psikis, dan faktor lainnya. Ada orang-orang yang justru mengalami efek buruk setelah menonton film horor, terutama mereka yang memiliki gangguan kecemasan, depresi, atau PTSD.

Adegan-adegan menyeramkan dalam film bisa memicu kembali trauma psikologis atau meningkatkan tingkat kecemasan seseorang. Meskipun efeknya sering kali bersifat sementara, bagi beberapa orang, dampaknya bisa cukup signifikan.

Oleh karena itu, penting untuk bersikap bijak dalam memilih tontonan. Sebelum menonton film horor, ada baiknya mencari tahu sinopsisnya terlebih dahulu dan membaca ulasan dari orang lain. Jika ada adegan tertentu yang berpotensi memicu ketidaknyamanan atau kecemasan, lebih baik menghindari tontonan tersebut. Tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti tren jika itu malah berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Ketertarikan manusia terhadap kisah horor bukanlah sekadar kebiasaan aneh, melainkan fenomena psikologis yang kompleks. Sensasi ketakutan yang menghibur, daya tarik terhadap misteri, pelepasan emosi, pengaruh budaya, dan keinginan untuk menguji batas diri semuanya berkontribusi terhadap popularitas cerita seram. Selama manusia masih memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang belum diketahui, kisah-kisah horor akan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. [UN]