Proyek Mercusuar: Ambisi Besar Soekarno untuk Menunjukkan Kebesaran Indonesia

Presiden RI Soekarno menggunting pita pembukaan Hotel Indonesia (5/8/1962).(Dok.Hotel Indonesia)

Koran Sulindo – Proyek Mercusuar adalah salah satu inisiatif besar Presiden Soekarno yang bertujuan untuk meningkatkan citra Indonesia di mata dunia internasional.

Dengan proyek ini, Soekarno ingin menampilkan wajah Indonesia yang kuat, modern, dan berpengaruh, meskipun negara tengah menghadapi berbagai tantangan ekonomi.

Salah satu tonggak utama dari proyek ini adalah penyelenggaraan Asian Games 1962, yang menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kemampuannya sebagai tuan rumah acara internasional.

Latar Belakang Proyek Mercusuar

Proyek Mercusuar dimulai ketika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games ke-4 pada tahun 1962. Indonesia saat itu belum memiliki fasilitas olahraga yang memadai untuk menyelenggarakan acara olahraga terbesar benua Asia yang diikuti 17 negara.

Soekarno melihat kesempatan ini sebagai cara untuk membangun infrastruktur penting sekaligus memproyeksikan kekuatan dan kebesaran Indonesia ke dunia internasional.

Soekarno juga memperluas tujuan proyek ini dengan melancarkan beberapa pembangunan besar yang tidak hanya berfokus pada acara olahraga, tetapi juga untuk mendukung pertemuan-pertemuan internasional, seperti Ganefo (Games of the New Emerging Forces) yang ia inisiasi sebagai tandingan Olimpiade.

Tujuan Proyek Mercusuar

Tujuan utama dari proyek ini adalah agar Indonesia mendapat perhatian dari dunia internasional dan diakui sebagai negara yang besar.

Meskipun saat itu Indonesia sedang dilanda krisis keuangan, Soekarno tetap berkeyakinan bahwa pembangunan infrastruktur besar-besaran ini akan memperkuat posisi Indonesia di panggung global.

Dengan begitu, proyek ini dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek sebagai tuan rumah Asian Games, tetapi juga untuk meninggalkan warisan jangka panjang.

Enam Proyek Mercusuar Soekarno

Hanya dalam waktu empat tahun sejak pertunjukan Dewan Federasi Asian Games tanggal 25 Mei 1958, Presiden Soekarno merasa wajib untuk mewujudkan Jakarta agar dapat memberikan tampilan wajah Indonesia kepada dunia. Berikut adalah keenam Proyek Mercusuar yang terealisasikan pada masa kepresidenan Ir. Soekarno:

1. Stadion Gelora Bung Karno (GBK)
Salah satu ikon terbesar dari Proyek Mercusuar adalah Stadion GBK, yang dibangun dengan konsep kemegahan dan kekokohan. Terinspirasi dari kunjungannya ke Stadion Lenin di Moskow pada 1956.

Bermula dari situ, Soekarno pun memiliki ide yang sama untuk membangun Stadion Senayan atau GBK dengan konsep kemegahan, kekokohan struktur, serta artistik dari Stadion Lenin. Rancangan Stadion GBK dikerjakan oleh LS Tyatenko, arsitek yang mengerjakan desain Stadion Lenin.

Secara keseluruhan, pembangunan kompleks olahraga Senayan menelan biaya 12,5 juta dollar AS. Proyek ini didanai sebagian besar oleh kredit dari Uni Soviet.

2. Hotel Indonesia
Dibangun untuk menyambut tamu mancanegara yang hadir pada Asian Games, Hotel Indonesia menjadi hotel berbintang pertama di Jakarta dengan 14 lantai. Dengan dana dari Perjanjian Pampasan Perang dengan Jepang, hotel ini dibuka pada 5 Agustus 1962 dan menjadi landmark penting Jakarta.

3. Jembatan Semanggi
Untuk mengatasi kemacetan selama Asian Games, Soekarno memerintahkan pembangunan Jembatan Semanggi, yang didesain oleh Menteri Pekerjaan Umum Ir. Sutami.

Pemberian nama Semanggi terinspirasi dari bentuknya yang menyerupai daun semanggi, yang menjadikan jembatan ini sebagai infrastruktur lalu lintas yang ikonis. Jembatan Semanggi juga menjadi salah satu jembatan cloverleaf terbesar di Asia Tenggara yang diresmikan tahun 1962.

4. Monumen Selamat Datang
Dibangun sebagai simbol penyambutan tamu internasional, Monumen Selamat Datang yang dirancang oleh Edhie Sunarso pada tahun 1961, menjadi pusat perhatian bagi siapa saja yang tiba di Jakarta. Monumen ini diletakkan di depan Hotel Indonesia, menyiratkan keramahtamahan Indonesia bagi dunia.

5. Monas (Monumen Nasional)
Salah satu proyek monumental Soekarno adalah Monas, yang dibangun sebagai simbol perjuangan bangsa Indonesia. Pembangunan Monas dimulai pada 17 Agustus 1961 di Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat dan dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975, menjadi salah satu ikon utama kota Jakarta dan sejarah kemerdekaan Indonesia.

6. Gedung DPR/MPR
Pembangunan Gedung DPR/MPR secara resmi dibuka tanggal 8 Maret 1965 sebagai bagian dari persiapan untuk Conference of the New Emerging Forces (Conefo) pada 1966.

Selain itu, pembangunan gedung DPR/MPR juga sebagai bentuk ambisi Soekarno dalam menegaskan dan mengukuhkan kemerdekaan Indonesia melalui bentuk fisik. Akhirnya, gedung DPR/MPR resmi dibuka melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 48.

Kontroversi dan Dampak Ekonomi

Meski proyek-proyek ini berhasil memperkuat citra Indonesia di dunia internasional, Proyek Mercusuar juga membawa dampak negatif bagi perekonomian Indonesia.

Pembangunan infrastruktur besar-besaran ini menyebabkan pembengkakan biaya yang sangat signifikan, yang memperburuk krisis ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia saat itu.

Inflasi melonjak tinggi, dan kebutuhan dasar masyarakat menjadi semakin sulit dipenuhi. Situasi ekonomi yang semakin buruk menyebabkan penurunan kualitas hidup rakyat Indonesia.

Namun, di balik segala kontroversinya, Soekarno tetap teguh pada pendiriannya untuk melanjutkan proyek ini. Baginya, Proyek Mercusuar adalah bukti bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju di dunia.

Proyek Mercusuar Soekarno merupakan bagian dari ambisi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang dihormati di kancah internasional.

Meskipun proyek ini meninggalkan jejak positif berupa bangunan-bangunan ikonik yang masih berdiri hingga saat ini, seperti Stadion GBK, Monas, dan Hotel Indonesia, dampak ekonominya yang berat tidak bisa diabaikan.

Proyek ini mencerminkan dualitas antara visi besar kepemimpinan Soekarno dan realitas ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia pada masa itu. [UN]