Ilustrasi/gusdur_wpap_by_ekokoeoke

Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo mengatakan Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selalu mengingatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah milik bersama bangsa Indonesia, bukan milik golongan maupun perseorangan. Karena itu harus dikelola dengan konstitusi negara Indonesia bukan dengan yang lainnya.

“Saya percaya Gus Dur pasti gemes, geregetan kalau melihat ada kelompok, sekelompok, atau orang-orang yang meremehkan konstitusi; yang mengabaikan kemajemukan kita; yang memaksakan kehendak dengan aksi-aksi kekerasan, radikalisme, terorisme,” kata Presiden saat memberikan sambutan pada Haul Gus Dur ke-7, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (23/12) malam.

Menurut Presiden, akhir-akhir ini baik yang terlihat di media sosial maupun dunia nyata, bangsa Indonesia sudah lupa, lalai, tidak mengerti, maupun tidak bisa membedakan mana yang kritik mana yang menghina, menjelek-jelekkan, menghasut, dan menghujat.

“Lupa semuanya kita. Mana yang kritik mana yang ujaran kebencian, mana yang kritik mana yang makar, tidak bisa membedakan kita sekarang ini,” katanya.

Kalau hal tersebut diteruskan, energi besar bangsa Indonesia akan habis untuk ribut-ribut dan untuk hal-hal yang tidak perlu. Indonesia lupa semuanya termasuk strategi besar negara, bagaimana mensejahterakan rakyat, membangun strategi besar ekonomi negara, serta membangun strategi besar industri kedepan untuk membuka lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya bagi rakyat.

Bangsa Indonesia dinilainya harus bersyukur, ketika banyak negara yang lain goyah mencari pedoman hidup, Indonesia mempunyai Pancasila. Ketika negara-negara lain kebingungan mencari panduan berbangsa dan bernegara, Indonesia mempunyai Pancasila.

“Seharusnya kita bisa membangun lebih cepat, bergerak lebih cepat, bergotong royong lebih cepat sehingga kita menjadi negara yang memenangkan persaingan. Agar kita menjadi bangsa yang berdaulat, bangsa yang mandiri, dan bangsa yang berkepribadian,” tutur Presiden.

Ketika mengambil keputusan yang rumit, Presiden Jokowi mengaku suka teringat kata-kata Gus Dur, “gitu saja kok repot”.

“Kita ini sekarang ini yang mudah-mudah malah dipersulit, harusnya yang sulit-sulit dipermudah, jangan dibalik-balik,” kata Jokowi.

Dalam acara yang dihadiri oleh tiga calon Gubernur DKI Jakarta itu, Presiden Jokowi sempat memangggil Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama, dan Anies Baswedan, dan berpesan agar ketiganya tetap rukun dalam berkompetisi.

“Silakan berdiri semuanya. Lha mbok ya begitu, yang rukun. Wong kita ini kan saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Persaudaraan itu yang diajarkan oleh Gus Dur,” kata Jokowi.

Haul ke-7 Gus Dur itu dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Ketua Umum PBNU K.H. Said Aqil Siraj.

Ikrar Ciganjur

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj memimpin pembacaan ikrar damai umat beragama Indonesia di acara haul itu.

Ikrar tersebut dikumandangkan tokoh lintas agama di antaranya KH Said Agil Sirdj (Ketum PBNU), Uskup Agung Jakarta MGR Ignatius Suharyo, Pdt Nababan, YA Suryanadi Mahathera (Ketua Umum Sangha Agung Indonesia), Wisnu Bawa Tenaya (Ketua Parisadha Hindu Dharma Idonesia), Uung Sendana (Ketua Umum MATAKIN), dan Engkus Ruswana (Perwakilan Penghayat Kepercayaan).

Usai dibacakan bersama-sama, ikrar yang dibingkai tersebut ditandatangani Said Aqil bersama tokoh lintas agama untuk kemudian diberikan ke Presiden Jokowi

Berikut bunyi ikrar itu:

Ikrar Damai Umat Beragama di Indonesia

Demi tegaknya dan martabat manusia, terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi generasi saat ini dan masa depan serta demi tegaknya kedaulatan dan keutuhan NKRI, kami umat beragama warga negara Indonesia berikrar:

Akan senantiasa menjaga perdamaian, kerukunan, persaudaraan/keadilan antar sesama umat beragama.

Menciptakan suasana sejuk, harmonis, dan bebas konflik antar sesama umat beragama.

Memelihara keberagaman dan perbedaan dengan saling melindungi berbagai agama dan keyakinan yang ada di Indonesia secara tulus dan sungguh-sungguh.

Menolak segala bentuk intimidasi dan pemaksaan agama/keyakinan serta menolak anarki kekerasan dalam beragama.

Mendukung pemerintah untuk menegakkan konstitusi yang melindungi hak warga negara dalam menjalankan agama dan keyakinannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi dan melindungi kita semua

Ciganjur, 23 Desember 2016

Atas nama umat beragama Indonesia

[Setkab.go.id/ satuislam.org/DAS]