Presiden: Cara-Cara Politik Kotor Harus Dihentikan

Ilustrasi: Presiden Jokowi menghadiri pembukaan Rakernas LDII, di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (10/10/2018)/Setkab.go.id-Rahmat

Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo mengatakan mendekati Pemilihan Presiden (Pilpres) fitnah dan kabar bohong (hoaks) makin menjadi-jadi.

“Mau jadi apa bangsa kita? Cara-cara politik kotor harus dihentikan. Tidak bisa kita terus menerus seperti ini. Ini bukan tata krama Indonesia, ini bukan nilai-nilai Islami yang kita miliki, ini bukan nilai-nilai etika yang kita miliki,” kata Presiden Jokowi, saat membuka Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (Rakernas LDII), di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (10/10/2018), seperti dikutip setkab.go.id.

Jokowi berharap Rakernas LDII bisa memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada pemerintah, apa yang harus dilakukan, apa yang harus direncanakan dan harus dikerjakan untuk menatap Indonesia maju ke depan.

Kepala Negara mengajak semua masyarakat agar jangan terjebak kepada hal-hal politik praktis yang menyebabkan kita terpecah-pecah.

“Dalam kontestasi politik itu yang diadu adalah adu program, adu gagasan, adu ide. Lihat kandidatnya, prestasinya apa, rekam jejaknya seperti apa,” katanya.

Jokowi meminta jangan sampai ada isu-isu sedikit di media sosial (medsos) langsung ‘dimakan’.

Luruskan Kabar Bohong
Sebelumnya, Presiden meminta sebanyak 540 peserta Apresiasi Kebangsaan Siswa Indonesia (AKSI) ikut meluruskan fitnah, hoaks, kabar bohong, saling mencela, dan saling mengejek di media sosial (medsos)

“Anak-anak kan pegangnya ini (menunjukkan gadget) Diluruskan, dibetulkan, ya,” kata Jokowi saat menghadiri silaturahim dengan peserta AKSI, di Grand Mulya Resort and Convention Hotel, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), Rabu (10/10/2018) pagi, seperti dikutip setkab.go.id.

Kepala Negara mengingatkan para peserta AKSI jangan sampai diadu-adu karena kepentingan-kepentingan, bisa kepentingan luar juga bisa kepentingan politik di dalam.

Menurut Jokowi, negara membutuhkan para siswa sekolah peserta AKSI dalam rangka bersaing dengan negara-negara lain.

Presiden Jokowi menunjukkan betapa besarnya hasil yang didapat jika semua unsur masyarakat di tanah air bersatu. Ia mengingatkan saat menjadi tuan rumah Asian Games 2018, akhir Agustus lalu, saat seluruh unsur masyarakat bersatu, Indonesia berhasil mendapatkan 31 medali emas.

“Coba misalnya saat Asian Games, begitu bersatu kita dapat 31 medali emas. Biasanya dapet 4, dapet 5, rangkingnya 22, rangkingnya 15, rangkingnya 17 kemarin rangkingnya 4. Karena apa? Bersatu,” katanya.

Menurut Kepala Negara, saat Asian Games itu tidak ada yang memikirkan yang badminton itu agamanya apa, dari suku mana, dari provinsi mana enggak mikir.

“Hanya untuk Indonesia, untuk merah putih, itu saja saat berkompetisi,” kata Jokowi. [DAS]