Polri: Nonton Asian Games Jangan Pakai Perhiasan Mencolok

Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto/yma

Koran Sulindo – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengimbau masyarakat yang ingin menonton Asian Games yang berlangsung di Indonesia pada (18/8/2018) mendatang, agar tidak menggunakan perhiasan mencolok. Apalagi belakangan ini banyak kejahatan jalanan seperti begal dan jambret yang tidak segan menghabisi nyawa korbannya.

“Pakai perhiasan ya tidak perlulah naik bis kota. Pakai kalung, gelang, selama itu ada kesempatan pasti orang yang tidak punya niatpun akan terpancing. Itu teori klasik,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Senin (9/7/2018).

Setyo mengatakan Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memerintahkan jajaran reserse untuk menekan kejahatan jalanan menjelang Asian Games.

“Pak Kapolri minta bahwa kejahatan jalanan ini diupayakan semaksimal mungkin tidak ada selama menjelang kalau bisa walaupun tidak mungkin selamanya, pada saat Asian Games ini ditekan tidak terjadi,” katanya.

Menurut Setyo para pelaku begal saat ini sudah sangat sadis. Dirinya mencontohkan kasus begal di Tangerang pada Juni tahun lalu. Saat korban bernama Italia Chandra Kirana Putri yang mempertahankan motornya dari pelaku begal di garasi. Jika tidak mendapatkan barang rampasan, akan menodong pakai senjata tajam atau pistol rakitan. Namun, saat ini pelakunya langsung menembak korbannya.

“Kalau dulu polanya begal motor itu kalau dia enggak dapat barangnya dia nodong dengan senjata tajam senjata api. Kalau sekarang tidak ada nodong lagi, langsung dia tembak,” kata Setyo.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memberikan atensi terhadap kejahatan jalanan seperti begal dan jambret. Untuk itu, dia pun memerintahkan seluruh Kapolda untuk melakukan operasi cipta kondisi terhadap kejahatan jalanan seperti di Stasiun, Terminal, Pelabuhan hingga Bandara.

“Itu sudah menjadi atensi saya. Kemarin saya sudah video conference dengan seluruh Kapolda dan jajaran Mabes Polri. Kita akan adakan operasi kejahatan jalanan, termasuk terminal stasiun pelabuhan dan lainnya,” kata Tito di PTIK, Jakarta Selatan, Rabu (4/7/2018) lalu.

Nantinya, kata Tito, dirinya akan memerintahkan Asisten Operasi (Asops) Kapolri Irjen Pol Deden Juhara untuk melakukan analisa dan evaluasi setiap minggu untuk mengawasi setiap wilayah dalam memberantas kejahatan jalanan.

Dia mengungkapkan, operasi ini akan dilakukan sebelum penyelenggaraan Asian Games. Adapun empat satuan wilayah yang menjadi atensi adalah Polda Metro Jaya, Polda Banten, Polda Jawa Barat dan Polda Sumatera Selatan.

“Prioritas empat wilayah yaitu DKI Jakarta, Sumsel, Jabar, dan Banten. Kapoldanya saya sudah perintahkan untuk melakukan operasi mandiri kewilayahan,” katanya.

Kendati demikian, di luar empat Polda tersebut dirinya juga memerintahkan kepada pimpinan wilayah untuk melakukan operasi cipta kondisi secara masif. Nantinya, dari hasil operasi tersebut dirinya akan melihat seberapa banyak kejadian yang diungkap oleh kepolisian setempat. Selain itu dari evaluasi nantinya, Tito juga akan menerapkan sistem reward dan punishment.

“Kalau saya lihat banyak yang tidak terungkap ya nanti saya lihat yang bertanggung jawab siapa. Apakah Kapolres, Kasatserse, Direktur Resersenya, atau Kapolda. Saya lihat levelnya dimana,” katanya.

Jika dinilai tak mampu mengatasi kejahatan jalanan seperti begal dan jambret, ia pun tak segan untuk mencopot para pimpinan wilayah itu.

“Kalau misalnya dalam satu bulan ini ada kejadian tidak terungkap ya ganti lah. Ganti Kapolres, Dirserse, Kasatserse, atau Kapolda. Berarti dia tidak bisa kerja. Ditawarkan kepada yang mau yang bisa kerja,” kata Tito. [YMA]