Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi IMF Turun Menjadi 5,6 Persen

Memburuknya situasi ekonomi global dan domestik membuat Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi hanya 5,6 persen tahun ini. Angka ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya bahwa ekonomi RI diprediksi dapat tembus 5,9 persen.

Mengutip pernyataan IMF melalu laman nya, Rabu (26/1), penurunan prediksi ekonomi Indonesia sejalan dengan penyebaran covid-19 yang semakin masif. Hal ini berpotensi membuat pemerintah mengambil kebijakan pembatasan baru di ruang publik demi menekan angka penularan.

“Munculnya varian covid-19 yang lebih agresif dapat memberi tekanan lebih lanjut pada sistem kesehatan dan menyebabkan mobilitas baru,” papar IMF.

Selain dari sisi kesehatan, risiko perekonomian Indonesia tahun ini juga muncul dari dampak kondisi keuangan global yang lebih ketat. IMF juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 4,4 persen pada 2022. Angkanya turun 0,5 persen dari prediksi sebelumnya yang dikeluarkan pada Oktober 2021 lalu. Hal ini lantaran prediksi ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China turun pada 2022. IMF meramalkan ekonomi AS tumbuh 4 persen atau lebih rendah 1,2 poin dari sebelumnya.

Asistant Director Western Hemisphere Department of the IMF Cheng Hoon Lim menilai, dengan risiko tersebut maka tindakan pemerintah dalam memberikan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 masih perlu diperlukan.

Selain itu inflasi RI diramal meningkat secara bertahap pada 2022. Oleh karena itu, IMF setuju dengan langkah Bank Indonesia (BI) yang mulai mengurangi injeksi likuiditas ke perbankan di tengah risiko lonjakan inflasi.

IMF menilai ekonomi Indonesia tahun ini akan bergantung pada peningkatan harga komoditas global yang diperkirakan akan berlangsung lebih lama. Sedangkan, seperti kita ketahui Indonesia pada tahun lalu mendapat [emasukan dari peningkatan harga komoditas global ini terutama lewat ekspor dan juga penerimaan negara.

Tak hanya itu, LIm memandang positif adalah reformasi struktural yang dilakukan oleh Indonesia. Ini dipandang mampu mengobati luka yang telah ditorehkan pandemi.

“Pemulihan yang sedang berlangsung secara bertahap akan memulihkan prinsip utama kerangka kebijakan makro prapandemi dan memperkuat rekam jejak kebijakan Indonesia yang kuat,” tambah Lim.

Lebih lanjut, IMF makin optimistis akan prospek pertumbuhan ekonomi ke depan. Lembaga tersebut memperkirakan, pertumbuhan ekonomi domestik di tahun 2023 bisa mencapai 6,0% yoy. [DES]