Koran Sulindo – Pertama kalinya sepanjang sejarah, Kerajaan Saudi Arabia mengizinkan lomba marathon terbuka untuk para wanita.
Digelar akhir perkan lalu, lomba lari yang digelar di Al-Ahsa, kawasan Saudi Timur itu diikuti oleh sekitar 1.500 wanita. Peserta yang terdiri berbagai kalangan itu menempuh jarak tiga kilometer.
Kegiatan marathon tersebut disponsori sepenuhnya oleh Direktorat Olahraga Umum Saudi, Rumah Sakit al-Moosa dan kota al-Ahsa.
Ketua penyelenggara lomba, Malek al-Mousa seperti dilansir situs Al-Arabiya menyebut tujuan marathon tersebut merupakan upaya promosi olahraga lari sekaligus mengenalkan olahraga sebagai gaya hidup sehat.
Ajang maraton itu akhirnya dimenangkan oleh Mizna al-Nassar, seorang wanita Saudi yang meraih medali pertama setelah berhasil mengalahkan peserta lain dari berbagai negara.
Peserta terlihat sangat antusias karena ajang tersebut merupakan kali pertama kalinya wanita diperkenankan berpartisipasi. Menurut rencana ajang serupa akan digelar pada 6 April mendatang di kota suci Mekah.
Sebelumnya, pada bulan Februari lalu lomba lari marathon internasional telah lebih dahulu digelar di Riyadh. Namun ajang tersebut menuai protes karena tak mengikutsertakan pelari wanita.
Kegiatan olahraga untuk perempuan dimungkinkannya di Arab Saudi sejalan dengan ‘keterbukaan’ politik Raja Salman terhadap nilai-nilai luar.
Di bawah perubahan itu perempuan di Saudi juga diizinkan mengemudi di tempat umum.
Keputusan yang dikeluarkan pada September lalu memerintahkan pencabutan larangan mengemudi bagi wanita. Pencabutan larangan ini akan mulai berlaku secara efektif Juni mendatang.
Tak hanya mengemudi, pemerintah juga telah membuka kesempatan bagi wanita bergabung ke militer meski tidak disiapkan peperangan. Mereka diberi kesempatan untuk ditempatkan di bidang keamanan.
Setidaknya terdapat 12 syarat bagi seorang wanita untuk bergabung dengan militer di antaranya berusia 25 hingga 35, warga Saudi dan telah menempuh pendidikan diploma.
Wanita dan wali laki-laki mereka seperti ayah, adik laki-laki, atau anak laki-laki harus ditempatkan di provinsi yang sama seperti lokasi kerja mereka.
Negara dengan undang-undang paling ketat di dunia yang membatasi perilaku perempuan, telah memulai program reformasi sosial yang luas, dan mengizinkan perempuan berperan lebih luas di bidang kemasyarakatan.
Otoritas Hiburan Umum kerajaan bulan lalu mengatakan akan menyelenggarakan lebih dari 5.000 festival dan konser di tahun 2018, dua kali lipat dari tahun lalu, dan menyuntikkan investasi senilai $ 64 miliar di sektor sosial di tahun-tahun mendatang.(TGU)