Tanggal 25 Maret 1964 Bung Karno mengucapkan kalimat yang mungkin termasuk paling bersejarah dalam perjalanan republik ini. Itulah kalimat “go to hell with your aid”. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya lebih kurang “persetan dengan bantuanmu”.
Sejarah mencatat, kalimat yang diucapkan Bung Karno itu tidak berakhir dengan tanda seru. Tetapi, isinya tajam dan ditujukan langsung kepada Duta Besar AS untuk Indonesia (saat itu), Howard Jones. Pernyataan itu disampaikan dalam peletakan batu pertama pembangunan gedung Sarinah di Jalan Thamrin, Jakarta.
Sambil menunjuk Jones, Bung Karno berkata dalam bahasa Inggris, “Ada sebuah negara yang mengancam akan menghentikan bantuan luar negeri kepada Indonesia. Negara itu mengira akan membuat Indonesia takut. Saya katakan, persetan denganmu. “Bung Karno mengatakan pula, jika bantuan itu distop, ekonomi Indonesia tidak akan kolaps karena “sumber-sumber ekonomi kita kaya”.
Pernyataan itu juga didengar oleh sejumlah dubes asing dan tentunya para wartawan. Kontan berita itu langsung disebarkan dan dimuat di sejumlah surat kabar terkenal di AS. Beberapa hari sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Dean Rusk di hadapan Komisi Hubungan Luar Negeri DPR AS mengungkapkan, AS akan menyetop bantuan untuk Indonesia kecuali jika Bung Karno menyelesaikan politik konfrontasi melawan Malaysia. Ironisnya, Bung Karno malah memerintahkan Indonesia keluar dari PBB pada awal 1965.
Di arena global, Bung Karno bekerja keras memproyeksikan Indonesia sebagai kekuatan regional yang disegani. Ia percaya, hubungan pribadi antarpemimpin berpengaruh pada pergaulan internasional. Ia pelopor Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 dan merasa jadi duta Gerakan Nonblok menghadapi Presiden AS Dwight Eisenhower (1953-1961), Sekjen Partai Komunis Uni Sovyet (PKUS) Nikita Khrushchev (1953-1964), dan Ketua Partai Komunis China Mao Zedong (1945-1976). Setahun setelah KAA, ia diundang Eisenhower ke AS, September 1956. Setelah itu bertemu Mao di Beijing serta Khrushchev di Moskwa.