(Tulisan ini adalah bagian pertama dari 2 bagian)
Oleh: Denny JA
Beruntunglah sebuah bangsa jika ia memiliki penguasa yang menggemari filsafat, puisi, dan ilmu pengetahuan.
Ini salah satu hikmah tertinggi dari masa keemasan Islam (abad 8-14 Masehi). Itu era ketika pusat peradaban ilmu pengetahuan dunia bersumber di Bahgdad, dan sekitarnya.
Itu juga masa ketika berdiri perpustakaan terbesar dan terpenting di era itu: Baitul Hikmah. House of Wisdom. (1)
Kisah zaman keemasan ini bemula dari dua penguasa. Mereka adalah Harun Al Rasyid (763-809), dan Al Ma’mun (786-833)
Luas diketahui, betapa Harun Al Rasyid sangat menyukai filsafat, sastra, dan ilmu pengetahuan. Ia meminta para pembantunya mendirikan perpustakaan pribadi
Perpustakaan ini kemudian dialihkan menjadi perpustakan publik. Harun Al Rasyid juga memulai gerakan penerjemahan secara massal.
Sang khalifah sangat tahu. Begitu banyak karya filsafat, sastra, dan Ilmu pengetahuan, yang ada di Yunani, India, dan Cina. Ia memulai gerakan menerjemahkan buku dari sana ke dalam bahasa Arab atau Persia.
Aneka buku penting yang hadir di peradaban luar sana, yang ditulis dengan bahasa asing, secara massif diterjemahkan, dan dihadirkan di Baghdad
Kesukaan sang khalifah kepada dunia literasi mempengaruhi ekosistem dunia Islam. Para penerjemah, filsuf, sastrawan, sufi, dan ilmuwan mendapat posisi yang terhormat.
Warga sangat bangga jika mereka menjadi penulis dan penerjemah.
Besarnya peran Harun Al Rasyid dalam bangkitnya dunia literas dunia Muslim, disinggung oleh banyak penulis besar Muslim dan barat, di kemudian hari. Kisah Harun Al Rasyid kadang benar, kadang fiktif, dengan berbaga variasi dan anekdotnya.
Harun Al Rasyid acapkali menjadi karakter dalam kisah dongeng 1001 malam. James Joice dalam novel terkenalnya: Ulysses, juga menyinggung namanya.
Penyair besar WB Yeats, Charles Dickens juga membawa figur Harun Al Rasyid dalam karya sastranya. Bahkan Salman Rusdi menjadikan Harun Al Rasyid sebagai judul novelnya: Haroun and The Sea.
-000-
Khalifah Al Ma’mun melanjut legacy Harun Al Rasyid. Bahkan Al Ma’mun dikisahkan lebih terlibat dengan kegiatan keilmuan itu.
Dikisahkan bahkan Al Ma’mun dengan bangga bercerita. Ia bermimpi berjumpa dengan filsuf Aristoteles. Dalam mimpi itu, ia kisahkan, Aristoteles menyampaikan langsung inti ajaran filsafatnya.
Sang Khalifah ini bahkan menyediakan waktu terlibat dalam diskusi soal agama dan filsafat dengan para cerdik pandai di era itu.
Legacy paling kuat dari Al Ma’mun, ia membiayai berdirinya labolatorium observasi untuk dunia astronomi. Ini juga menjelaskan mengapa saat itu dunia Islam begitu maju dengan astronomi.
Islam pun memasuki masa keemasannya. Di era itu, lahir peletak dasar ilmu pengetahuan, tafsir agama, filsafat, dan sufisme.
Ada Al-Khawarijmi. Ia peletak dasar ilmu Al Jabar. Juga, ia peletak ilmu Matematika pada umumnya. Algoritma yang kini kita kenal berasal dari kata Algoritmi. Itu adalah bahasa latin dari nama Al-Khawarijmi.
Lahir pula Al Kindi. Ia peletak dasar wacana filsafat agama. Al Kindi banyak mengeksplor filsafat Yunani, yang ia sinerjikan dengan prinsip dan dalil agama.
Ada pula Ibnu Sina. Pemikir ini juga dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran. Buku kedokterannya menjadi bacaan wajib di universitas barat di kemudian hari.
Hadir pula Ibnu Khaldun. Ia ikut memulai lahirnya Ilmu sosiologi. Bahkan Machiaveli yang dianggap bapak ilmu politik menyatakan ia banyak belajar dari Ibnu Khaldun.
Ada pula Al Ghazali. Ketika kegemaran atas filsafat Yunani mulai menggeser dalil agama Islam, Al Ghazali yang lantang bersuara menulis tentang kesesatan filsafat Yunani.
Terlepas pro dan kontra pemikiran Al Ghazali, ia berpengaruh membawa satu paham agama dan filsafat tersendiri.
Di era masa keemasan Islam itu, juga banyak hadir para sufi dan penyair, mulai dari Rabi’ah Adawiyah, Faruddin Attar, Syams Tabrizi, hingga Jalaluddin Rumi. Mereka dianggap para guru sufi dan puisi yang pengaruhnya bertahan hingga hari ini.
-000-
CATATAN
(1) Tentang perpustakan penting di era itu yang mengawali masa keemasan Islam: House of Wisdom.
Dimitri Gutas (1998). Greek Thought, Arabic Culture: The Graeco-Arabic Translation Movement in Baghdad and Early ʻAbbāsid Society (2nd–4th/8th–10th Centuries). Psychology Press. pp. 53–60. ISBN 978-0-415-06132
(2) Kultur Ilmu di dunia Muslim dan Yahudi kini sangatlah tertinggal.
https://www.google.co.id/amp/s/amp.fresnobee.com/opinion/letters-to-the-editor/article95792072.html
(Bersambung ke bagian 2, 21 September 2021, pukul 10.00)
Baca juga: