koransulindo.com – Pada 17 Mei 1980 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef mencanangkan pendirian Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas). Perpusnas merupakan gabungan empat perpustakaan, yakni Perpustakaan Museum Nasional; Perpustakaan Sejarah, Politik dan Sosial (SPS); Perpustakaan Wilayah DKI Jakarta; dan Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan. Keempatnya merupakan badan bawahan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981. Sampai akhir 1986 Perpusnas masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu di Jalan Medan Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jalan Medan Merdeka Selatan 11 (Perpustakaan SPS), dan Jalan Imam Bonjol 1 (Museum Perumusan Naskah Proklamasi).
Pada awal 1987 sebagian gedung baru di Jalan Salemba Raya 28A mulai ditempati. Secara resmi kompleks itu dibuka pada 11 Maret 1989 oleh Presiden Suharto. Sebelumnya, pada 6 Maret 1989 telah ditandatangani sebuah keputusan oleh Presiden RI bahwa Perpustakaan Nasional menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Kenaikan status kelembagaan ini juga berarti Perpusnas dilepas dari yurisdiksi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, badan induknya yang telah membesarkannya sejak 1980. Sebagai pimpinan Perpusnas ditunjuk Ibu Mastini Hardjoprakoso.
Meskipun sudah memiliki gedung baru, gedung lama di Jalan Medan Merdeka Selatan tetap dipertahankan. Bahkan kemudian dibangun gedung 27 lantai sejak 2015. Inilah gedung perpustakaan tertinggi di dunia. Gedung ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 14 September 2017.
Banyak fasilitas untuk publik di gedung ini, antara lain ruang layanan keanggotaan, ruang teater, ruang zona promosi budaya baca, pusat data; layanan anak, lansia dan disabilitas; layanan koleksi buku langka hingga layanan multimedia.
Kawasan Jalan Medan Merdeka terbilang istimewa. Kawasan ini dianggap pusat Jakarta. Sebagian besar gedung instansi pemerintah tersebar di sana. A. Heuken dalam bukunya menyebut Medan Merdeka sebagai “Jantung Ibukota RI” (Yayasan Cipta Loka Caraka, 2008).
Wilayah Medan Merdeka dibagi menjadi empat, yakni Jalan Medan Merdeka Utara, Medan Merdeka Timur, Medan Merdeka Selatan, dan Medan Merdeka Barat. Keempat jalan mengelilingi Monumen Nasional (Monas), tugu berlapis emas kebanggaan masyarakat Jakarta, sebagai poros.
Nama Medan Merdeka diberikan oleh Presiden Sukarno. Selanjutnya beliau menginginkan rakyat Indonesia yang baru saja merdeka memiliki sebuah simbol yang menjadi kebanggaan bangsa berupa sebuah monumen untuk memperingati perjuangan mencapai kemerdekaan. Maka pada 1961 beliau memrakarsai pembangunan Monas.
Sukarno juga mencanangkan adanya gedung seni dan budaya yang bersifat nasional di kawasan Medan Merdeka. Saat ini sudah berdiri Museum Nasional Indonesia di Jalan Medan Merdeka Barat, Galeri Nasional Indonesia di Jalan Medan Merdeka Timur, dan Perpustakaan Nasional RI di Jalan Medan Merdeka Selatan. [DS]
Baca juga: