Perkuat ‘Anggur Merah’ Cara Emilia Nomleni Cegah Human Trafficking

Emilia J Nomleni

Koran Sulindo – Kasus perdagangan orang atau human trafficking yang marak terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur harus menjadi perhatian utama semua pihak.

Sudah telalu banyak warga NTT yang menjadi korban perdagangan manusia.

Mengurangi sekaligus mencegah maraknya kasus-kasus perdagangan orang, Emilia Nomleni calon Wakil Gubernur NTT yang diusung PDI Perjuangan sudah menyiapkan solusinya.

Ia menggagas program bantuan modal yang ditujukan untuk para perempuan dan pemuda agar bisa membuka usaha di tanah kelahirannya sendiri.

“Kasus perdagangan orang di Timor Tengah Selatan paling banyak di NTT. Kita selalu saja menerima jenazah orang-orang kita yang bekerja di luar,” kata Emilia saat mengunjungi  Kecamatan Molo Barat, Kabupaten TTS, NTT, Jumat (25/5).

Duet Marianus Sae-Emilia J Nomleni yang dikenal dengan sebutan Paket Marhaen juga akan menyiapkan modal kepada masyarakat sekaligus meneruskan kebijakan Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang telah meluncurkan program bernama Anggur Merah.

“Untuk itu, kami menyiapkan modal bagi para perempuan dan pemuda, agar mereka bisa membuka usaha dan bekerja di sini,” kata Emilia.

Program Anggur Merah yang dikenal sebagai Anggaran Menuju Rakyat Sejahtera yang digelontorkan ke desa-desa di NTT. Emilia berjanji bakal menaikkan anggarannya.

“Angkanya kami naikkan menjadi Rp 500 juta per desa per tahun. Saya percaya jika penguatan-penguatan modal ini disiapkan pemerintah dan dikelola masyarakat, angka human trafficking akan berkurang,” kata dia.

Dengan berbagai evaluasi, Emilia percaya jika penguatan-penguatan modal yang disiapkan pemerintah dan dikelola masyarakat ini berhasil, Anggur Merah bakal sanggup menekan jumlah human trafficking.

Tak hanya membangun basis ekonomi yang kuat di pedesaan dengan mengucurkan modal, Emilia juga menggagas pencatatan yang ketat setiap warga desa yang ke luar desa dan mencari kerja di tempat lain. Pencatat ini mesti dikerjakan dengan sunguh-sungguh oleh aparat desa.

“Agar kita bisa tahu siapa saja yang ke luar desa. Karena yang terjadi sekarang ini, para perekrut akan menggunakan berbagai cara dalam menjaring korban perdagangan orangp,” kata Emilia.

Menurutnya, sesuai dengan permintaan pasar para perekrut human trafficking itu tak bakalan berhenti begitu saja merayu orang menjadi TKI ilegal. Ada keuntungan sangat besar yang membuat mereka bakal terus melakukannya.

“Mereka melakukan segala cara dalam menjaring korban human trafficking. Cari satu kepala seharga Rp 12 juta. Jadi misalnya dia rekrut sepuluh orang saja, dia sudah dapat Rp 120 juta. Bayangkan, dia yang dapat senang anak kita yang sengsara,” kata Emilia.

Untuk itu, Mama Emi sangat yakin, jika pemerintah menyiapkan modal, keinginan masyarakat mencari kerja ke luar daerah akan berkurang, dan kasus perdagangan orang di TTS bisa teratasi. [CHA/TGU]