Armada Cina di Laut China Selatan

Koran Sulindo –Amerika Serikat membatalkan undangan keterlibatan Cina dalam latihan militer Rim of the Pacific atau RIMPAC.

AS menyebut pembatalan undangan keterlibatan itu dipicu upaya militerisasi Cina di Laut Cina Selatan. Mereka menyebut selain mengirim rudal-rudal canggih, Cina juga mengerahkan pesawat pembom dan penghalang komunikasi.

“Kami percaya pendaratan baru-baru ini dan militerisasi lanjutan dari daerah-daerah ini adalah pelanggaran janji Presiden Xi kepada AS dan dunia,” kata Juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Christopher Logan.

Keputusan Pentagon menjadi sinyal langkah yang lebih keras dibanding sebelumnya di bawah pemerintahan Trump mengenai sengketa Laut Cina Selatan.

“Kami telah meminta Ciina untuk segera menyingkirkan sistem militer dan untuk membalikkan keadaan di mana sekarang mereka melakukan militerisasi di daerah Laut Cina Selatan yang disengketakan,” kata Logan.

Cina membantah pendaratan pesawat pembom H-6K di pulau-pulau Laut Cina Selatan adalah upaya militerisasi kawasan itu. Beijing menyebut pendaratan itu merupakan latihan militer biasa.

“Kepulauan Laut Cina Selatan adalah wilayah Cina. Kegiatan militer itu hanya pelatuhan normal, pihak lain tidak perlu menafsirkannya itu secara berlebihan,” kata Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina.

Pernyataan Kang itu sekaligus membantah tuduhan AS yang menuding Cina melakukan militerisasi di perairan itu sekaligus memicu ancaman terhadapa negara-negara lain.

“Pelatihan rutin di wilayah kita sendiri sama sekali berbeda dengan negara tertentu yang mengirim kapal dan pesawat militer ke wilayah yang jauhnya ribuan mil,” kata Kang menyindir AS dan sekutu-sekutunya.

AS dan sekutunya memang berkali-kali mengirim kapal perang ke Laut Cina Selatan. Kapal-kalap itu berlayar dekat dengan pulau-pulau buatan yang dibangun Beijing di wilayah itu.

Cina mendaratkan pesawat H-6K yang memiliki kemampuan nuklir di Pulai Woody Kepulauan Paracels dan Spratly yang diklaim Cina. Pulau-pulau itu juga diklaim oleh beberapa negara termasuk Malaysia, Vietnam, dan Filipina.

Sementara itu Menteri Luar Negeri China Wang Yi yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di Washington menganggap keputusan mencoret keterlibatan Cina dalam RIMPAC ‘tidak konstruktif.’

“Kami berharap AS akan mengubah pola pikir negatif semacam itu. Cina dan AS adalah negara-negara besar, dan kita berada di posisi yang baik untuk melakukan kerja sama yang lebih besar di laut,” kata Wang.

“China hanya membangun fasilitas pertahanan sipil dan beberapa yang diperlukan di pulau kami sendiri. Itu adalah hak untuk membela dan menjaga diri yang dimiliki setiap negara berdaulat.”

Berkali-kali AS menyatakan keprihatinannya dengan makin berkembang dan canggihnya persenjataan di Cina dalam memproyeksikan kekuatannya di Asia dan sekitarnya.

RIMPAC sebelumnya dijadwalkan bakal dibahas dalam pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong un, 12 Juni mendatang.

Secara mengejutkan, Pentagon mengatakan mencabut undangan latihan militer bersama ini sebagai respon atas sikap Cina yang memiliterisasi pulau-pulau yang sedang dipersengketakan di Laut Cina Selatan.

Selain itu, Trump ternyata juga membatalkan pertemuannya dengan Kim Jong-un.

Pentagon menyebut kalau Beijing sudah menduduki hampir seluruh wilayah di sana. Mereka mengklaim mengantongi cukup bukti bahwa Cina mengirim teknologi militer canggih ke laut Cina Selatan seperti rudal darat, serta alat pengganggu jaringan elektronik.

AS mendesak Cina menarik kembali teknologi ini namun permintaan itu mentah-mentah ditolak Cina. Beijing bersikukuh bahwa mereka punya hak untuk memasang teknologi militer di wilayahnya sendiri.(TGU)