Koran Sulindo – Proses pergantian nama Istora Gelora Bung Karno menjadi Blibli Arena tampaknya masih bakal berlanjut meski terus menuai polemik.
Banyak kalangan mulai dari politisi, pengamat, sampai masyarakat, yang menyayangkan hal itu jika sampai terjadi. Sebab, GBK adalah ‘wajah’ dunia olah raga Indonesia.
Terkait itu, pengamat politik dan Anggaran Uchok Sky Khadafi, mendesak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) agar tak tinggal diam dengan upaya pergantian nama GBK menjadi Blibli Arena.
Sebagai partai pendukung utama pemerintah, Uchok berharap PDI-P menyerukan penolakan agar Nawa Cita tidak menjadi Nawa Duka.
“PDIP jangan diam saja atas pergantian nama GBK. Inikan masalah nama Bung Karno, kenapa diam? Ini benar-benar mencoreng nama Bung Karno,” kata Uchok saat dihubungi, koransulindo.com, Senin (21/5/18) kemarin.
Menurut Uchok, Kementerian Sekretaris Negara yang dipimpin Pratikno yang merupakan pengelola GBK dianggapnya sangat lemah saat berhadapan dengan kapitalis.
“Masa wajah negara diganti dengan kapitalis. Negara berani lawan teroris, menang lawa teror, masa lawan kapitalis kalah!” kata dia.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menegaskan sampai kapanpun Istora Gelora Bung Karno harus tetap menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Ia menambahkan, seyogyanya pergantian nama itu dikaji kembali.
“Ini kan ada unsur sejarah negara pada bangunan itu. Istora Senayan atau Gelora Bung Karno itu gagasan Bung Karno. Dalam kaitan menjaga sejarah itu, tentu diharapkan tak ada perubahan nama bangunan itu,” kata Taufik di Jakarta, pekan lalu.
Taufik menilai pengambilalihan perawatan tidak tepat jika sampai harus mengubah nama bangunan tersebut. Itu membuatnya tak bisa dibandingkan perubahan nama venue-venue di tempat lain.
Pusat Pengelola Kawasan Gelora Bung Karno menggagas solusi atas persoalan perawatan sejumlah arena olahraga dengan menggandeng sponsor swasta.
Mereka diharapkan membiayai mulai renovasi hingga perawatan fasilitas tersebut. Blibli Arena bersedia menjadi sponsor dengan membantu pembiayaan termasuk maintenance.
Timbul polemik setelah sponsor masuk berniat mengubah nama Istora Gelora Bung Karno.
Istora Gelora Bung Karno pembangunannya digagas di era Bung sebagai kawasan sebuah kawasan olahraga untuk menyambut Asian Games 1962.
Tak cuma Istora, Bung Karno juga memerintahkan pembangunan stadion sepak bola, lapangan panahan, stadion tenis hingga Hotel Indonesia.
Hingga 56 tahun kemudian, bangunan peninggalan sejarah itu masih berdiri kokoh.
Menyambut gelaran olah raga terbesar di Asia yang kembali digelar di Indonesia pada tahun 2016, venue-venue itu kembali mengalami renovasi besar-besaran.
Renovasi saja memerlukan upaya yang sangat rumit karena banyak bagian bangunan seperti tiang-tiang pancang yang tidak boleh dirobohkan karena merupakan bagian dari warisan sejarah.
Sebelumnya, Direktur PPK GBK Gatot Tetuko memastikan Istora Gelora Bung Karno belum berganti nama menjadi Blibli Arena meski mengatakan tetap mempertimbangkan pergantian itu.
Mereka hanya menyebut kerjasama dengan swasta itu bakal meringankan beban mengelola kompleks olahraga itu membutuhkan biaya operasional hingga Rp120-Rp130 miliar per tahun.
“Sampai saat ini, belum ada kok. Jawaban saya begitu saja, kami belum ada keputusan,” kata Gatot seperti dilansir BolaSport.com beberapa waktu lalu.
Gatot menambahkan PPKGBK belum mencapai kata sepakat terkait soal hak pergantian nama Istana Olahraga Gelora Bung Karno.
“Memang banyak pihak yang ingin melakukan naming rights venue di GBK, tetapi sampai saat ini belum ada,” kata Gatot.
Menurutnya meski Istora Senayan berstatus cagar budaya, naming rights oleh pihak swasta tetap diperbolehkan. Ia mengklaim naming rights merupakan bentuk kontribusi pihak swasta menjaga kawasan GBK.
“Jadi, kalau mereka menggunakan naming rights itu, nanti dananya dipakai untuk pengoperasian venue-venue yang ada di GBK,” kata dia.(TGU)