Pendemo akan Hadapi Hujan, Polwan Berhijab, dan Ancaman Pembubaran Ormas

Demonstrasi umat pada 14 Oktober 2016 lalu/ist

Koran Sulindo – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca di kawasan Istana Presiden dan sekitarnya pada Jumat (4/11) besok hujan.

“Pagi hari cuaca berawan dan berpotensi hujan ringan, begitu juga siang dan sore masih berawan serta potensi hujan ringan hingga sedang,” kata Humas BMKG Hary T Djatmiko, di Jakarta, Kamis (3/11).

Beberapa organisasi kemasyarakatan Islam pada hari itu hendak melakukan unjuk rasa penistaan agama yang dituduh dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama.

Presiden Joko Widodo terlihat sangat peduli pada demonstrasi bertajuk “Jatuhkan Ahok“ itu. Pada Senin (31/10) lalu ia memerintahkan aparat untuk bersiaga dan bekerja secara profesional untuk mengaktisipasi aksi unjuk rasa itu, mengundang para ulama ke istana, dan mengunjungi padepokan Prabowo Subianto.

Cuaca nampaknya tidak berpihak pada para pendemo.

Selain hujan, para pendemo juga akan menghadapi para polisi yang memakai jilbab. Polda Metro Jaya mengatakan akan mengerahkan 300 polisi wanita (polwan) berhijab. Mereka diletakkan sebagai garda terdepan dan negosiator dengan pengunjuk rasa Jumat (4/11) besok.

“Kehadiran polwan berhijab diharapkan menurunkan tensi pendemo,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono di Jakarta, Rabu (2/11).

Tugas polwan berkerudung itu melakukan pendekatan persuasif dan dialog dengan pengunjuk rasa.

Berbagai upaya dilakukan Polri untuk menyiapkan pengamanan aksi organisasi keagamaan itu. Bahkan Polda Jawa Barat menurunkan sejumlah anggota Satuan Brimob yang bersorban. Anggota Satbrimobda Jawa Barat itu akan membacakan shalawat sebagai aksi simpatik terhadap pengunjuk rasa.

Polri dibantu TNI dan instansi lainnya mensiagakan sekitar 18.000 personil mengamankan aksi tersebut.

Selain cuaca, hijab, dan sorban, para pendemo juga menghadapi ancaman Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.

Mendagri mengatakan organisasi kemasyarakatan (ormas) yang berbuat onar akan diberi peringatan, bahkan bisa dibekukan. Pembekuan dilakukan terhadap ormas yang anti-Pancasila dan menghina lambang negara.

“Sudah jelas itu. Kalau bicara kasar, onar, ya peringatan-peringatan dulu dan itu akan kami bahas dengan Kejaksaan, Kepolisian dulu,” kata Tjahjo Kumolo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (2/11).

Tapi ancaman terakhir ini nampaknya bisa dilewatkan saja. Karena Mendagri boleh berganti, tapi ancaman membubarkan ormas anarkis sudah ramai di media massa pada 2011, 2013, 2015, dan tahun ini. Tapi tetap tak ada yang dibubarkan. [DAS]