Koran Sulindo — Presiden Direktur PT Astra International Djony Budiarto mengungkapkan, pendapatan astra pada semeter pertama pada tahun ini hanya mencapai Rp89,8 triliun akibat pademi virus corona atau Covid-19. Pendapatan itu turun 23 persen dari periode sebelumnya yakni Rp116,2 triliun.
“Menurun 23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” ujar Djony dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (29/7).
Namun dari sisi laba bersih, kata Djony, Grup Astra sebesar Rp11,4 triliun, meningkat tinggi 16 persen dibandingkan dengan semester pertama tahun 2019 sebesar Rp9,8 triliun, termasuk keuntungan yang berasal dari penjualan saham di Bank Permata.
Menurut dia, tanpa memasukkan penjualan saham bank Permata, laba bersih Grup menurun 44 persen menjadi Rp5,5 triliun. Terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan dan jasa keuangan, sebagai dampak pandemi Covid-19 dan langkah-langkah penanggulangannya.
“Kinerja bisnis dan keuangan Grup Astra sangat terdampak secara signifikan akibat pandemi Covid-19, terutama pada kuartal kedua,” ujar Djony.
Djony mengatakan, langkah-langkah penanggulangan pandemi yang diterapkan di sebagian besar wilayah Indonesia telah berdampak kepada operasi grup secara substansial, termasuk penutupan sementara kegiatan manufaktur dan distribusi otomotif, serta terdapat peningkatan secara signifikan jumlah pinjaman yang direstrukturisasi dalam bisnis jasa keuangan grup.
Selain itu, adanya penurunan harga batu bara yang mengakibatkan menekan bisnis alat berat, kontraktor penambangan, dan pertambangan. “Pandemi ini, dan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan dampaknya, diperkirakan akan terus memengaruhi kinerja hingga akhir tahun,” tutur Djony.
Sebagaimana tercatat nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2020 sebesar Rp3.773, ada peningkatan 3 persen dari nilai aset bersih per lembar saham pada periode 31 Desember 2019 lalu.
Sementara, kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan grup, mencapai Rp1,4 triliun pada 30 Juni 2020, dibandingkan utang bersih sebesar Rp22,2 triliun pada akhir tahun 2019, setelah diterimanya hasil dari penjualan saham di Bank Permata pada bulan Mei.
“Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup Astra meningkat dari Rp45,8 triliun pada akhir,” ucap Djony.
Ditengah tingginya ketidakpastian bisnis dan berbagai gangguan yang ada Grup Astra fokus khususnya pada pengurangan biaya operasional dan belanja modal, pengelolaan modal kerja, serta kepastian likuiditas. Neraca keuangan Grup tetap kuat dengan adanya komitmen fasilitas pinjaman senilai Rp38,6 triliun. [WIS]