Koran Sulindo – Pada Sabtu siang tadi (10/11), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan secara resmi, operasi terpusat pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP penerbangan JT 610 dihentikan. “Kami dari tim SAR Basarnas mengambil keputusan, operasi SAR ini secara terpusat disudahi atau ditutup hari ini,” ungkap Kepala Basarnas Marsekal Madya M. Syaugi di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Pesawat Lion Air tersebut jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin pagi (29/10), sewaktu akan menuju Pangkal Pinang dari Jakarta. Ada 181 penumpang dan 8 awak di dalamnya, yang diduga semuanya telah meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
Alasan penghentian pencarian tersebut adalah semakin sedikitnya bagian tubuh korban yang ditemukan tim Basarnas. Operasi pencarian pada Jumat kemarin (9/11) menemukan satu kantong jenazah, sementara sejak Sabtu pagi hingga siang tidak menemukan potongan tubuh korban, baik di area pencarian bawah laut maupun di pesisir Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat.
“Berdasarkan evaluasi kami dari peninjauan ke TKP, rapat staf, dan masukan dari berbagai pihak, kami kemarin hanya menemukan satu kantong jenazah. Itu pun hanya pagi hari,” ujar Syaugi lagi.
Kendati operasi SAR terpusat dihentikan, lanjut mantan pilot pesawat tempur itu, tim dari Kantor SAR Jakarta dan Bandung tetap bersiaga bila ada informasi temuan bagian tubuh korban. Basarnas juga tetap mendukung upaya Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam mencari kotak hitam (black box) yang berisi cockpit voice recorder (CVR). Misalnya dengan mengerahkan sepuluh orang penyelam.
Selama 13 hari pencarian, Basarnas menemukan 196 kantong jenazah berisi bagian tubuh korban, yang semuanya telah diserahkan ke pihak RS Polri untuk diidentifikasi.
Pada Jumat kemarin di tempat yang sama, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyatakan, pihaknya bertekad mencari kotak hitam CVR hingga ditemukan. Apalagi, katanya, KNKT dapat tambahan alat pencari CVR tercanggih dari Amerika Serikat (AS).
“Tadi pagi kami sudah menambahkan, yang kemarin-kemarin sudah ada empat, namanya ping locator finder. Tadi pagi, kami sudah memberangkatkan dua alat, boleh dikatakan tercanggih saat ini yang tersedia di dunia,” tutur Soerjanto.
Ada delapan orang operator alat tersebut yang disertakan. Soerjanto berharap, alat tambahan tersebut dapat menangkap sinyal CVR yang menghilang. “Mudah-mudahan dengan alat yang sangat sensitif dan paling mutakhir ini bisa segera menemukan CVR itu. Karena, hari ketiga, kami masih bisa mendeteksi ada dua lokasi. Tapi begitu kami telah menggangkat FDR [flight data recorder, rekaman data penerbangan] suara dari CVR itu hilang. Enggak tahu kenapa hilangnya. Melemah, lama-lama makin hilang,” katanya.
Pencarian akan dilakukan di area yang selama ini disisir petugas. “Alat canggih itu yang finder, lebih sensitif dan areanya lebih sempit, sudutnya lebih tajam. Kalau yang lama itu lebih lebar, yang ini lebih sempit,” ujar Soerjanto.
KNKT, tambahnya, akan tetap berkoordinasi dengan pihak lain dalam pencarian. “Kami selalu meminta bantuan dari Basarnas, bisa dari TNI, bisa dari swasta, bisa dari BPPT, dari semua pihak yang memiliki kompetensi untuk yang kami butuhkan selalu, kami akan meminta bantuan kepada mereka,” Soerjanto. [RAF]