Pemogokan Besar Guncang Prancis

Ilustrasi, Pemogokan buruh di Prancis - Reuters

LONJAKAN inflasi memicu pemogokan pekerja dan pelajar secara nasional di Prancis. Dalam aksi pemogokan itu, serikat buruh menyuarakan tuntutan kenaikan upah di tengah kenaikan biaya hidup akibat krisis energi dan inflasi.

Pemogokan nasional di Prancis pada hari Selasa (18/10) bahkan telah menyebabkan perjalanan kereta api terhenti dan banyak sekolah ditutup.

Menurut salah satu serikat pekerja terbesar di negara itu, Confédération Générale du Travail (CGT), para pengunjuk rasa menuntut “peningkatan upah, pensiun dan minimum sosial, perbaikan kondisi hidup dan layanan pendidikan.”

CGT menjelaskan dalam pernyataan sikapnya bahwa aksi berbagai sektor industri pada hari Selasa merupakan kelanjutan dari pemogokan pekerja kilang dan depot BBM selama berminggu-minggu yang telah menutup pompa bensin di seluruh negeri. Serikat buruh menuding perusahaan raksasa minyak – Total dan Exxon khususnya – telah menghasilkan keuntungan besar tetapi mengabaikan tuntutan pekerja yang terkena krisis akibat tingginya biaya hidup.

Tingkat inflasi Prancis saat ini melebihi 6%, sementara hampir semua sektor industri negara itu mencatat penurunan karena krisis energi. Krisis bertambah buruk dengan pemberian sanksi terhadap Rusia yang berakibat berkurangnya pasokan energi dari Rusia.

Pemogokan yang didukung oleh beberapa serikat buruh besar, telah menyebabkan gangguan di negeri tersebut. SNCF, perusahaan kereta api milik negara, mengeluarkan peringatan bahwa lalu lintas akan terganggu “di beberapa jalur.”

Layanan kereta api Eurostar mengumumkan bahwa mereka harus membatalkan kereta tertentu antara London dan Paris karena pemogokan pekerja.

Transportasi laut juga terkena dampak, karena beberapa serikat pekerja pelabuhan dan dermaga mengumumkan bahwa mereka akan berhenti bekerja selama beberapa jam pada hari Selasa.

Pemogokan juga memaksa beberapa sekolah untuk tutup karena sekitar 6 persen guru berpartisipasi dalam aksi tersebut. Bahkan di tingkat sekolah menengah kejuruan tenaga pendidikan yang terlibat pemogokan mencapai 23 persen.

Di beberapa kota seperti Paris, Bordeaux dan Rennes ribuan orang ambil bagian dalam berbagai aksi unjuk rasa. Kementerian dalam negeri menyebut 107.000 orang mengambil bagian dalam demonstrasi secara nasional.

Gerakan pelajar dan mahasiswa

Pada hari Selasa, lebih dari 100 sekolah menengah Prancis ditutup siswa memprotes kebijakan penghematan pemerintah Macron dan menyatakan dukungan mereka terhadap aksi pekerja kilang minyak.

Sementara, ribuan mahasiswa turun ke jalan bersamaan dengan pemogokan lintas industri 18 Oktober.

Berbicara kepada L’Est Republicain, Dora, seorang siswa sekolah menengah, menjelaskan, “Kami di sini melawan represi dan kekerasan polisi yang semakin meningkat.” Dia mengatakan sekolah menengah juga melakukan aksi mendukung pemogokan guru dan para pekerja kilang minyak.

“kami menentang reformasi sekolah menengah dan sistem Parcoursup [penerimaan universitas].” tambah Dora.

Reformasi sekolah menengah kejuruan Macron dan sistem seleksi universitas dituding bertujuan untuk membatasi akses atas pendidikan tinggi bagi siswa dengan latar belakang keluarga kelas pekerja dan warga miskin.

Para pelajar juga memprotes undang-undang anti-Muslim yang diskriminatif dan pemotongan anggaran pendidikan nasional. Di sekolah umum Prancis, wanita Muslim dikenakan larangan menggunakan kain yang menutupi rambut atau wajah mereka.

Para pelajar juga menyatakan rasa marah terhadap kekerasan aparat kepolisian terhadap pelajar. Dalam peristiwa di lycée Joliot-Curie di Nanterre, para siswa telah diserang dengan kekerasan dan kemudian ditangkap oleh polisi bersenjata lengkap. Selama pemogokan hari Selasa, siswa sekolah menengah di seluruh Prancis membawa papan bertuliskan “dukungan untuk Joliot-Curie.” [PAR]