Pembukaan ‘Travel Bubble’ Indonesia – Singapura Rentan Penyebaran Omicron

Ilustrasi travel bubble - shutterstock

Pemerintah Indonesia membuka travel bubble atau pembukaan zona batas lintas negara antara Indonesia dengan Singapura meski dalam kondisi meningkatnya penyebaran Covid-19 varian Omicron. Hal ini dikhawatirkan akan menyulitkan pemerintah mengendalikan situasi pandemi yang tengah meningkat.

Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, kegiatan travel bubble Batam – Bintan – Singapura ini untuk mendorong kegiatan pariwisata di sana.

“Persyaratan bagi yang datang harus sudah 2 kali vaksin, hasil negatif PCR dengan sampel 3×24 jam, punya visa kecuali WNA Singapura, dan dimonitor kepemilikan asuransi dengan nilai SGD (Singapore Dollar) 30.000,” jelasnya dalam konferensi pers Evaluasi PPKM, Senin (24/1).

Menko Perekonomian mengatakan bagi tiap warga yang melakukan mobilitas dari jalur travel bubble itu juga harus memiliki Aplikasi Peduli Lindungi dan Blue Pass. Selain itu pintu masuk pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) travel bubble Singapura – Batam – Bintan hanya dibuka di Nongsa (Batam), dan pelabuhan Ferry Bintan di Telani.

Kebijakan ini bertolak belakang dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sebelumnya dengan cemas mengimbau masyarakat untuk mengurangi bepergian, kembali menerapkan Work From Home (WFH) dan memperketat protokol kesehatan karena meningkatnya angka penyebaran Covid-19 juga Omicron pada medio Januari 2022.

“Jika Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian jika tidak memiliki keperluan mendesak sebaiknya mengurangi kegiatan di pusat-pusat keramaian. Untuk mereka yang bisa bekerja dari rumah, work from home, lakukanlah kerja dari rumah,” kata Jokowi dalam keterangan resminya yang diunggah YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (18/1).

Pada kesempatan yang sama, Presiden mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 yang disebabkan penularan varian Omicron. Presiden meminta masyarakat terus waspada tetapi tidak khawatir secara berlebihan. “Saat ini kita sedang mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 yang disebabkan varian Omicron. Harus kita waspadai tren ini,” ujar Jokowi.

Pernyataan Presiden yang bersifat imbauan mengisyaratkan pemerintah tidak berkeinginan untuk menerapkan pengetatan seperti di awal pandemi. Tapi langkah ‘longgar’ ini tentunya memiliki risiko tinggi karena adanya berbagai varian baru Covid-19 seperti Delta dan Omicron dengan tingkat infeksi lebih tinggi.

Angka penularan meningkat

Sejak awal Januari penyebaran Covid-19 semakin meningkat, hal ini ditandai dengan meningkatnya temuan kasus harian dan jumlah kasus aktif. Pada tanggal 24 Januari saja dilaporkan ada tambahan 2.927 kasus positif COVID-19 di Indonesia, atau meningkat dari hari sebelumnya. Dengan penambahan kasus baru itu maka jumlah kasus aktif saat ini telah melampaui 20 ribu. Angka ini diperkirakan terus meningkat hingga Maret.

Perkembangan kasus Covid-19 varian Omicron (B.1.1.529) di Indonesia juga terus meningkat, hingga Senin (24/01) telah mencapai 1.406 kasus atau bertambah 151 kasus dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, kasus di Indonesia ini tumbuh 113,03 persen.

Dengan jumlah varian Omicron tersebut, menempatkan posisi Indonesia berada di urutan pertama di Asia Tenggara. Negara dengan kasus Omicron tertinggi lainnya di Asia Tenggara adalah Singapura sebanyak 1.169 kasus.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mewanti-wanti pemerintah Indonesia akan kenaikan rasio positif (positivity rate) Covid-19 hingga 5,9 persen. Menurut data Kementerian Kesehatan per Sabtu (22/1), rasio positif Indonesia itu berada di atas ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia yakni 5 persen.

Zubairi mengatakan angka 5 persen yang menjadi standar WHO itu merupakan salah satu tanda kasus Covid-19 terkendali. Jika rasio positif Covid-19 berada di atas 5 persen, menurut Zubairi, kasus Covid-19 belum terkendali.

Dia juga menyinggung perihal infeksi Covid-19 varian Omicron yang mulai masuk dalam lingkungan keluarga atau terjadi transmisi keluarga. Menurut catatan IDI, ada empat orang positif Covid-19 varian Omicron di Tangerang. Penularan diketahui berasal dari keluarga

Risiko Travel Bubble

Pembukaan travel bubble antara Indonesia dan Singapura, meski dalam tahap uji coba mengundang pertanyaan apakah Indonesia siap dengan gelombang Covid-19 yang lebih besar. Ada beberapa risiko dalam penerapan travel bubble ini, di antaranya ditiadakannya masa karantina atau isolasi bagi kedatangan dari luar negeri. Isolasi saat kedatangan berperan penting untuk memastikan pendatang tidak membawa virus masuk dan masa karantina disesuaikan dengan masa inkubasi virus.

Selain itu Singapura salah satu negara dengan kasus Omicron tertinggi di asia tenggara dengan jumlah lebih dari 1.000 kasus per 23 Januari. Pembukaan kedatangan dari Singapura dengan protokol lebih longgar tentunya berpotensi memudahkan masuknya Omicron ke Indonesia.

Menurut Dicky Budiman, Pakar Epidemiologi Griffith University, pemerintah dan masyarakat harus mempunyai pemahaman bahwa setiap varian Covid-19 yang ditetapkan sebagai variant of concern (VOC) itu berbahaya. Sejak ditemukan pada akhir tahun 2021 WHO telah memasukkan varian Omicron sebagai VOC karena memiliki potensi menular dan menginfeksi ulang termasuk pada orang yang telah menerima vaksin dosis lengkap.

Mengingat semakin tingginya angka penyebaran Covid-19 dan varian Omicron seharusnya pemerintah mengambil kebijakan lebih aktif dalam pencegahan. Situasi pandemi adalah situasi darurat kesehatan dimana seluruh kebijakan diambil dengan pertimbangan utama kesehatan masyarakat dan perlindungan publik dari penyebaran penyakit berbahaya. [PTM]