Koran Sulindo – Mabes Polri menonaktifkan Kepala Korps Pembinaan Taruna dan Siswa Direktorat Pembinaan dan Pelatihan Akpol (Kakorbintasis). Penonaktifan ini sebagai buntut tewasnya Brigdatar Akademi Kepolisian (Akpol), Mohammad Adam (20), yang menjadi korban penganiayaan,
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto mengatakan Kakorbintasis berpangkat Komisaris Besar (Kombes) itu dipindahkan ke Pelayanan Markas (Yanma) Mabes Polri.
“Untuk memudahkan pemeriksaan maka Kakorbintasis dipindahkan ke Mabes Polri. Dalam rangka mempermudah pemeriksaan oleh Propam Polri,” kata Setyo di Mabes Polri, Rabu (24/5).
Alasan pemindahan karena yang bersangkutan bertanggungjawab yang mengurus kebudayaan taruna.
Sementara ketika ditanya apakah Gubernur Akpol Irjen Anas Yusuf?, Setyo mengatakan masih dimintai keterangan oleh Propam dan Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum).
“Tidak-tidak, kan dimintai keterangannya tidak harus diperiksa. Baru memberikan informasi saja. Nanti kan dari hasil pemeriksaan berkembang,” kata mantan Wakabaintelkam itu.
Sementara pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar, mengatakan masalah kekerasan dalam pendidikan Akpol lantaran pertama model pendidikan polisi masih militeristik. Kedua, pola pengasuhan senioritas, hirarki ketat, dan ketundukan fatal. Ketiga penegakan disiplin dengan kekerasan. Dan keempat, pengawasan internal yang lemah.
“Sejak Polri keluar dari organisasi ABRI, dalam hal penataan sistem pendidikannya belum diubah ke dalam sistem pendidikan polisi baru yang bersifat “humanis”, tetapi masih berorientasi pada kekerasan,” kata Bambang.
Menurut dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) itu nilai-nilai dasar kemanusiaan belum ditata secara terstruktur dalam kurikulum pendidikan. Jika hal tersebut tidak dibenahi, maka kejadian tewasnya taruna Akpol bakal terulang kembali.
“Pendidikan polisi tidak mengikuti model militer tetapi pendidikan polisi sipil yang mengutamakan dialog dan hubungan kesetaraan,” kata Bambang.
Polda Jawa Tengah telah menetapkan 14 tersangka dari taruna Akpol tingkat III, satu diantaranya berinisial CAS adalah pelaku utama. Korban merupakan siswa tingkat II yang tergabung dalam Korps Himpunan Indonesia Timur (HIT) tewas pada Kamis (18/5). [YMA]