Sulindomedia – Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pereira terheran-heran dengan gaduhnya para pembantu Presiden Joko Widodo yang justru datang dari menteri-menteri kalangan profesional. Kegaduhan para menteri itu membuat Jokowi sampai mengeluarkan kata-kata keras untuk mengingatkan pembantunya. “Yang terjadi ini antara para menteri yang dulu ketika pembentukan kabinet dikategorikan para profesional. Saya kaget, kok para profesional yang begini. Kejadian ini membuat semua memperhatikan dan Jokowi mulai agak keras sampaikan pandangannya tentang kasus ini ketika dia mengunjungi proyek,” kata Andreas dalam diskusi “Para Menteri Bertikai, Apa Langkah Presiden Jokowi?”‎ di Menteng, Jakarta, Sabtu (5/3/ 2016).

Menteri-menteri yang sempat bersilang pendapat padahal sama-sama mewakili pemerintah antara lain Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno soal proyek kereta cepat; Menteri ESDM Sudirman Said dan Menko Bidang Kemaritiman Rizal Ramli soal Blok Masela dan sebelumnya soal proyek listrik, dan; Sekretaris Kabinet Pramono Anung dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar yang saling sindir di media sosial tentang pelayanan Garuda.

Diingatkan Andreas, pernyataan keras dari presiden tidak cukup sebatas pernyataan saja. Presiden juga perlu benar-benar melakukan tindakan untuk menghentikan kegaduhan itu. Dia memandang, presiden perlu mengambil substansi perdebatan yang ada. “Pernyataan itu tidak cukup dengan pernyataan saja tapi tindakan untuk menghentikan kegaduhan. Tapi perlu juga diambil substansi kebenaran dari kegaduhan. Jangan sampai kegaduhan ini berakhir begitu saja,” katanya.

Menurut dia, perdebatan antarmenteri sewajarnya ada dalam ruang rapat terbatas atau hanya di rapat kabinet. Hal yang perlu dicapai, katanya lagi, bukan yang penting menteri diam atau yang penting semua yang ribut diganti. Namun, harus mencari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam perdebatan itu. “Harus ada keyakinan tentang sikap yang diambil sehingga tidak mengambil sikap yang fatal,” tutur Andreas. [JAN/PUR]