Presiden Jokowi berfoto bersama dengan siswa Taruna Nusantara, Jumat (27/1) malam, di Magelang, DIY./setkab.go.id

Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo ditanyai seorang siswa SMA Taruna Nusantara soal cara menangani hoax (kabar atau informasi palsu), saat mengunjungi sekolah yang jadi satu dengan kawasan Akademi Militer TNI di Magelang, Jawa Tengah. Sebanyak 1.106 siswa hadir.

“Bagaimana langkah Bapak Presiden untuk menangani berita hoax yang berpotensi memecah-belah persatuan dan kesatuan NKRI?”

Presiden Jokowi memberikan ceramah pembekalan kepada siswa SMA Taruna Nusantara di Balairung Pancasila SMA itu, Jumat petang (27/1), dalam cuaca gerimis di luar gedung..

Feni, siswa asal Jombang, Jawa Timur, itu tunjuk tangan dalam kesempatan sesi tanya jawab setelah ceramah itu.

Jokowi menjawab keterbukaan kini melanda hampir semua negara di dunia.

“Yang namanya hoax di media sosial, yang fitnah, yang hasutan, dan banyak sekali kabar-kabar bohong. Semua negara sekarang ini mengalami ya memang enggak bisa dihambat, enggak bisa dicegah,” kata Jokowi.

Jokowi mengaku sudah bertemu dengan banyak pemimpin negara lain dan mengeluhkan hal serupa.

“Satu-satunya jalan, seluruh masyarakat dan pemerintah bersama-sama menyampaikan hal-hal yang baik, yang benar untuk memerangi yang bohong-bohong itu dan ini mematangkan kita, akan semakin mendewasakan kita,” katanya.

Seiring waktu masyarakat akan semakin dewasa dan sadar untuk bersikap cerdas dan tidak menelan mentah-mentah informasi yang diterimanya.

Jokowi mengajak para siswa untuk menggunakan internet untuk menyebarkan hal-hal yang positif.

“Bagaimana kita membentengi diri dengan kabar-kabar hoax di media sosial sehingga akan semakin mendewasakan kita,” katanya.

Presiden juga percaya masyarakat Indonesia semakin cerdas sehingga ia tidak yakin kabar-kabar “hoax” akan memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Jokowi juga menasehati siswa menjauhkan emosi dan selalu berpikir selalu meutuskan sesuatu.

“Saat memutuskan hal paling penting, endapkan dulu emosi kita, endapkan dulu pikiran kita agar dalam memutuskan hal-hal yang penting bisa tepat tapi sebagai manusia, semua yang kita inginkan belum tentu sesuai dengan apa yang kita putuskan. Tapi pemimpin harus berani menerima risiko apapun,” kata Jokowi.

Persaingan Antarnegara

Presiden Jokowi juga mengingatkan ke depan persaingan antarnegara termasuk antar sumber daya manusianya akan semakin ketat dan sengit, misalnya di kawasan ASEAN sudah berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Nanti sudah antar kawasan, bisa di kawasan ASEAN dan kawasan Uni Eropa, bisa. Keluar masuk semuanya bebas, tidak pakai KTP, tidak pakai paspor,” kata Jokowi.

Bangsa Indonesia harus siap, tidak hanya harus pintar tetapi juga perlu keberanian untuk berkompetisi.

Jokowi menjaelaskan pada anak-anak remaja baru gede itu penguasaan sebuah negara kini tidak lagi dengan menguasai teritori atau wilayahnya, melainkan menguasai sumber daya alam maupun sumber-sumber ekonominya.

“Perangnya bukan perang fisik lagi ke depan, tapi perang budaya. Hati-hati, perangnya sudah perang informasi, sehingga negara tertentu menjadi lemah karena sebuah persepsi,” katanya. “Bisa terjadi. Sudah terbukti.”

Dalam situasi itu, menurut Jokowi, dibutuhkan jiwa dan nilai-nilai yang baru.

“Yang akan dibangun ke depan bukan anak-anak yang manja, tapi anak-anak yang siap untuk bertarung, berkompetisi, atau bersaing dengan siapapun.”

Wabah Hoax

Sementara itu Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo prihatin dengan mewabahnya hoax.

“Ini bukan hanya menjangkiti masyarakat umum, tapi juga dari kalangan politisi sampai jurnalis juga ada yang melakukan hoax,” kata Yosep, melalui rilis pers, hari ini.

Menurut Yosep, hoax ini bermula dari media sosial (medsos) seperti Twitter dan Facebook. Media yang awal mulanya diciptakan untuk membuat update status atau menemukan kembali teman-teman lama yang berpisah, berubah menjadi sarana seseorang menyampaikan pendapat politik dan mengomentari pendirian orang lain. Saat yang sama masyarakat kehilangan kepercayaan atas netralitas pers dan isi media mainstream, dan mencari alternatif dari media sosial.

“Di Indonesia diperkirakan ada sekitar 2.000 media cetak. Namun dari jumlah tersebut hanya 321 media cetak yang memenuhi syarat disebut sebagai media profesional. Sedangkan media online (siber) diperkirakan mencapai angka 43.300, tapi yang tercatat sebagai media profesional yang lolos verifikasi hanya 168 media online. Selain itu hingga akhir 2014 tercatat ada 674 media radio dan 523 media televisi,” kata Yosep. [Antara/setkab.go.id/DAS