Koran Sulindo – Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) bersepakat memangkas produksi minyak pada 32,5-33,0 juta barel per hari. Tingkat output saat ini adalah 33,24 juta barel per hari.
Kesepakatan ini adalah yang pertama sejak 2008. Pemimpin OPEC saat ini, Arab Saudi, melembutkan pendiriannya terhadap seterunya Iran di tengah meningkatnya tekanan akibat rendahnya harga minyak.
“OPEC telah membuat keputusan istimewa hari ini. Setelah dua setengah tahun, OPEC mencapai konsensus untuk mengelola pasar,” kata Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh, yang berulang kali silang pendapat dengan Saudi, pada Forum Energi Internasional di Algiers, Aljazair.
“Kami telah memutuskan untuk mengurangi produksi sekitar 700.000 barel per hari,” kata Zanganeh.
Namun keputusan berapa banyak kuota setiap negara anggota boleh memproduksi minyak baru akan diputuskan pada pertemuan resmi November nanti. OPEC juga meminta negara-negara non OPEC seperti Rusia untuk menempuh langkah serupa.
Harga minyak mentah dunia naik hampir 6 persen pada Rabu waktu AS (Kamis WIB) setelah keputusan itu.
Harga minyak Brent naik 2,72 dolar AS atau 5,9 persen pada 48,69 dolar AS per barel, dengan sempat mencapai tertinggi dalam dua pekan 48,96 dolar AS, sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melonjak 2,38 dolar AS atau 5,3 persen pada 47,05 dolar AS setelah mencapai yang terlemah 47,45 dolar AS sejak 8 September.
Harga minyak yang naik ini berpengaruh ke pasar saham. Indeks harga saham energi di Wall Street melonjak 4 persen yang merupakan pencapaian dalam sehari terbaik sejak Januari silam.
“Ini kesepakatan bersejarah. Ini pertama kali OPEC dan non OPEC bersama-sama bersepakat dalam satu dekade terakhir. Ini akan menciptakan landasan untuk minyak dan mestinya menaikkan harga minyak sampai 60-an dolar AS,” kata Phil Flynn, analis pada Price Futures Group seperti dikutip Reuters.
Menurut Flynn, kartel tersebut membuktikan diri masih penting.
“Ini akhir perang produksi dan OPEC dinyatakan menang,” kata Flynn. [Reuters/Opec.org/DAS]