Gerbang masuk kawasan lapas Nusakambangan(bapassolo.kemenkumham.go.id)
Gerbang masuk kawasan lapas Nusakambangan(bapassolo.kemenkumham.go.id)

Koran Sulindo – Pulau Nusakambangan, yang terletak di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mungkin lebih dikenal sebagai tempat berdirinya beberapa Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dengan tingkat keamanan tinggi.

Namun, sejarah pulau ini jauh lebih kaya dan menarik. Selain sebagai pulau penjara, Nusakambangan juga memiliki julukan lain yang jarang diketahui, yaitu “Pulau Bunga-bungaan.”

Seperti yang dilansir dari berbagai sumber, julukan Pulau Bunga-bungaan ini muncul pada masa Dinasti Mataram, tepatnya saat pemerintahan Amangkurat I.

Konon, ketika Amangkurat I melarikan diri ke Tegal akibat Istana Kartasura dikuasai oleh Raden Trunojoyo dari Madura, ia mengirim salah satu abdinya untuk mencari bunga Wijayakusuma di Nusakambangan.

Bunga ini dipercaya memiliki kekuatan magis yang bisa mengembalikan takhta Amangkurat I. Dari pencarian inilah Nusakambangan juga dikenal sebagai Pulau Bunga-bungaan.

Nusakambangan pada Era VOC

Pada abad ke-16, pulau ini mulai menarik perhatian bangsa Eropa. Laporan dari pelaut Inggris yang membawa kapal Royal George ke perairan dekat Pangandaran akhirnya terdengar oleh VOC, otoritas dagang Belanda yang saat itu berkedudukan di Batavia.

Karena khawatir Inggris akan mengklaim pulau tersebut, VOC segera mengirim seorang kartografer bernama Paulus Paulusz untuk melakukan ekspedisi.

Dalam ekspedisi ini, Paulusz menemukan pulau yang memanjang di antara Cilacap dan Pangandaran, yang kemudian dinamai Nusakambangan. Menurut Paulusz, pulau ini memiliki lokasi strategis untuk dijadikan benteng pertahanan dan pengawasan di pesisir selatan Jawa.

Meskipun begitu, Belanda tidak langsung membangun benteng di Nusakambangan, tetapi berhasil mengklaimnya dan menguatkan posisinya dibandingkan Inggris.

Peran Nusakambangan Sebagai Pulau Bui

Pada tahun 1836, Belanda mulai melakukan pembangunan di Nusakambangan sesuai saran Paulusz. Pulau ini direncanakan untuk menjadi benteng pengawasan dan pertahanan dari ancaman perompak yang berasal dari Bali, Bugis, dan Timor.

Namun, pada tahun 1850, ketika pembangunan sedang berlangsung, Nusakambangan dilanda wabah malaria yang menewaskan banyak pekerja.

Sebagai gantinya, ratusan narapidana didatangkan untuk melanjutkan pembangunan. Dari sinilah peran Nusakambangan sebagai tempat penjara mulai terbentuk.

Pada tahun yang sama, Belanda mendirikan bangunan penjara pertama di sekitar benteng, yang mampu menampung sekitar 300 orang.

Sejak itu, Nusakambangan dikenal sebagai tempat untuk menahan para narapidana, terutama mereka yang dianggap berbahaya atau memiliki kasus berat.

Pada awal abad ke-20, pembangunan penjara di pulau ini semakin dipercepat. Hingga tahun 1935, setidaknya sudah ada sembilan bangunan penjara yang berdiri di Nusakambangan.

Penjara Legendaris Nusakambangan

Setelah era kolonial berakhir, Nusakambangan tetap difungsikan sebagai pulau penjara oleh pemerintah Indonesia. Pada masa Presiden Soekarno dan Soeharto, pulau ini terus digunakan untuk menahan para narapidana kelas berat.

Beberapa narapidana legendaris yang pernah ditahan di Nusakambangan termasuk Johny Indo, Kusni Kasdut, dan Bang Timong.

Bahkan, anak bungsu Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy, pernah mendekam di sana setelah terlibat dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita pada tahun 2001.

Meski dikenal memiliki keamanan yang sangat ketat, beberapa upaya melarikan diri dari penjara Nusakambangan pernah terjadi. Salah satu kasus terkenal adalah pada tahun 1982 ketika Johny Indo dan puluhan narapidana lainnya mencoba kabur dengan mengeroyok penjaga gerbang.

Sayangnya, mereka gagal sebelum sempat meninggalkan pulau.

Kesulitan Melarikan Diri dari Nusakambangan

Letaknya yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia menjadikan Nusakambangan sebagai tempat yang sulit untuk melarikan diri.

Alamnya yang keras, ditambah pengawasan ketat dari pihak berwenang, menjadikan upaya pelarian hampir mustahil dilakukan.

Kendati demikian, kisah-kisah dramatis seputar narapidana yang berusaha kabur tetap menjadi bagian dari sejarah pulau ini.

Nusakambangan hari ini tetap memainkan peran penting dalam sistem pemasyarakatan Indonesia. Di balik kesan menakutkannya sebagai pulau penjara, Nusakambangan menyimpan cerita-cerita sejarah yang kaya, mulai dari julukan Pulau Bunga-bungaan hingga menjadi saksi benturan kepentingan kolonial di masa lampau. [UN]