PIHAK BPDP Kelapa Sawit juga telah memastikan kesiapan dana insentif untuk mendukung implementasi penerapan itu. Insentifnya dihitung berdasarkan selisih Harga Indeks Pasar (HIP) solar dengan HIP biodiesel.

Dijelaskan Direktur Utama BPDP Kelapa Sawit Dono Boestami, selisih HIP solar lebih tinggi dibandingkan biodiesel. “Sehingga, sekarang tinggal bayar biaya distribusinya karena untuk biodiesel sudah tidak ada selisihnya,” tutur Dono.

Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 41 Tahun 2018 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel dalam Kerangka Pembiayaan oleh BPDPKelapa Sawit disebutkan, pembiayaan biodiesel digunakan untuk menutup selisih kurang antara HIP minyak solar dan HIP biodiesel. Insentif baru akan diberikan jika HIP biodiesel lebih tinggi dibanding HIP solar.

HIP biodiesel pada September 2018 tercatat Rp 7.294 per liter. Akan halnya HIP solar untuk periode Juli sampai September 2018 adalah Rp 7.388,31 per liter.

BPDP Kelapa Sawit bukan hanya mendanai selisih kurang HIP,  tapi juga membiayai surveyor independen untuk mengawasi penyaluran B20, termasuk pula mengganti ongkos angkut dan pajak penjualan FAME dari produsen biodiesel ke penyalur bahan bakar minyak. Pembiayaan insentif per Juli 2018, menurut perhitungan BPDP Kelapa Sawit,  mencapai Rp 900 per liter. Itu sebabnya, Dono optimistis jumlah dana BPDP Kelapa Sawit saat ini bisa mencukupi kebutuhan perluasan B20.

Data BPDP Kelapa Sawit memperlihatkan, total insentif biodiesel yang telah disalurkan dari Januari hingga Juni 2018 sebesar Rp 3,57 triliun. Adapun jumlah pungutan ekspor pada periode yang sama lebih besar, yakni sekitar Rp 6,45 triliun. “Kami bisa mendukung jika ada tambahan sampai 6 juta kiloliter,” kata Dono lagi.

Untuk biaya pengangkutan FAME , menurut Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan, sangat bervariasi, bergantung pada penyebaran wilayah. Diperkirakan Aprobi, rata-rata biaya angkut mencapai Rp 500 per liter.

Dono berharap, produsen terus berkoordinasi untuk memastikan kecukupan pasokan, agar program B20 dapat berjalan optimal. “Kami akan mengawasi anggota kami supaya optimal,” tuturnya.