Muhammadiyah: Umat Jangan Mau Dipecah-belah

Ilustrasi: Bendera Muhammadiyah/pwmu.co

Koran Sulindo – Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bachtiar Nasir meminta Umat Islam untuk tidak mau dipecah-belah atau dibenturkan dengan pihak lain.

“Umat Islam terutama Muhammadiyah jangan mudah dipecah oleh pihak manapun. Jangan mau dibenturkan dengan pihak manapun,” kata Bachtiar, dalam Pengajian “Kajian Pencerah dan Grand Launching Maida Cake and Bakery” di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Sabtu (28/1).

Menurut Bachtiar, belakangan ini ada upaya untuk membenturkan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) serta umat Islam dengan salah satu partai politik, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

“NU dan Muhammadiyah ini hubungan historisnya sangat kuat. NU ini adalah saudara dekat Muhammadiyah di dunia dan Insya Allah akhirat, kami gak mau kita dibenturkan-benturkan dengan saudara dekat kami,” katanya.

Bachtiar menegaskan umat Islam tidak mempunyai masalah dengan PDIP. PDIP mempunyai peran yang besar memajukan bangsa terutama memajukan Kota Surabaya melalui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang merupakan kader PDIP.

Dukungan umat Islam, juga merupakan dukungan Muhammadiyah. Umat Islam dan PDIP akan bahu-membahu membangun Kota Surabaya.

Menurutnya akan jadi berbahaya jika ada yang membenturkan PDIP dengan umat Islam.

“Saya tidak rela itu terjadi. Jangan sampai PDIP dan Umat Islam digosok dan dibenturkan karena yang akan rugi nantinya ya warga Surabaya, umat Islam dan PDIP sendiri. Indonesia adalah negara dengan kedaulatannya di tangan rakyat bukan di tangan orang-orang tertentu terutama yang ingin memecah belah kita semua,” kata Bachtiar.

Pemuda Muhammadiyah

Sementara itu Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengeluarkan seruan agar elemen muda Muhammadiyah, terutama Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM), meminta tidak terpancing dan terprovokasi.

“Saat ini upaya memecah-belah umat Islam, memecah belah dan saling membenci sesama rakyat Indonesia, massif terjadi,” kata Dahnil.

Menurut Dahnil, satu kelompok Islam dengan kelompok Islam yang lain berusaha saling dibenturkan. Satu kelompok disanjung sebagai kelompok Islam yang toleran, kelompok Islam yang lain dituduh antitoleransi dan ancaman bagi NKRI, bak hama yang harus diberantas dan dibersihkan.

“Sepemahaman saya, toleransi dibangun dengan dialog, bukan menyerang dan mengancam dengan cara-cara yang anarkis. Maka saya tidak membenarkan kader Kokam melakukan cara-cara yang di luar keadaban hukum, dan merusak semangat rawat toleransi,” katanya.

Dahnil juga menyerukan pemuda Muhammadiyah bergembira dalam dialog mempertemukan perbedaan-perbedaan yang ada.

“Kita harus ikut memastikan kemerdekaan memproduksi gagasan dan pemikiran itu dilindungi, karena itu adalah perintah agama dan UUD kita,” kata Dahnil. [Antara/ pwmu.co]