Militer Amerika Serikat mengklaim telah berhasil menerbangkan varian F-16 yang dikendalikan oleh pilot AI. Bahkan, jet ini sudah diuji dalam duel dengan jet yang dikendalikan oleh manusia. Kemajuan ini membuat China waspada terhadap perkembangan pesat teknologi militer AS.
Dikutip dari Defense Post, analis militer China menyuarakan kekhawatiran atas kemajuan pesat AS dalam mengembangkan jet yang dikendalikan AI tersebut.
Dalam uji coba terbaru, Menteri Angkatan Udara AS Frank Kendall bahkan menumpang F-16 AI, yang disebut sebagai Vista, di atas gurun California.
Keuntungan Taktis di Masa Depan
Menurut seorang analis militer berbasis di Beijing yang berbicara kepada South China Morning Post, jet tempur berkemampuan AI dapat memberikan AS keuntungan taktis dalam pertempuran udara masa depan.
Analis tersebut menilai bahwa platform ini memiliki kemampuan manuver yang lebih baik dibandingkan pesawat konvensional dan secara signifikan dapat mengurangi korban jiwa.
Analis militer China lainnya, Fu Qianshao, menyebut bahwa pesawat yang dikendalikan AI mungkin memiliki waktu reaksi lebih cepat dibandingkan jet yang dikendalikan manusia. “Itu merupakan sebuah keunggulan signifikan dalam pertempuran modern,” katanya.
Tantangan Integrasi AI dalam Pertempuran
Meskipun kemajuan pesat ini mengesankan, Fu menilai masih ada jalan panjang sebelum teknologi ini dapat digunakan dalam peperangan sesungguhnya.
Mengontrol pesawat dengan AI adalah satu hal, namun mengintegrasikan machine learning untuk mendukung pertempuran udara merupakan tantangan yang berat. “Cakupannya adalah taktik pertempuran udara, analisis target, dan memutuskan kapan akan menembakkan senjata,” jelas Fu.
Ia juga menambahkan bahwa mungkin ada kerugian yang tidak disengaja jika membiarkan pesawat tak berawak mengambil keputusan sendiri, terutama dalam pertempuran udara skala besar.
“Perlu waktu bagi jet tempur yang ada untuk menguasai operasi otonom semacam ini,” tambahnya.
Perspektif China terhadap Pengembangan Jet Tempur AI
Analis militer berbasis di Hong Kong, Leung Kwok-leung, mengatakan bahwa masuk akal bagi AS untuk menguji AI pada F-16 yang memiliki kemampuan manuver tinggi. Namun, bagi China, jalur berbeda mungkin diambil dalam mengembangkan jet tempur AI.
Pesawat tempur multi-peran J-10, yang dianggap setara dengan F-16, kemungkinan kecil akan digunakan oleh China untuk menguji algoritma AI. Leung menyatakan bahwa China mungkin akan membuat pesawat yang sepenuhnya baru dengan teknologi AI.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua negara memiliki pendekatan yang berbeda dalam pengembangan teknologi militer berbasis AI.
Dengan perkembangan ini, dinamika persaingan teknologi militer antara Amerika Serikat dan China semakin intensif. Kedua negara terus berinovasi dalam teknologi pertahanan untuk mendapatkan keunggulan taktis di medan pertempuran masa depan. [UN]