Merpati Airlines Akan Mengudara Lagi, dengan Pesawat Rusia

Koran Sulindo – Kementerian Perhubungan beberapa tahun lalu membekukan izin operasi maskapai pelat merah Merpati Airlines (MNA). Namun, pada tahun 2019 nanti, Merpati kembali akan mengudara.

Akan ada komitmen suntikan dana sebesar Rp 6,4 triliun ke PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). Dananya berasal dari Intra Asia Corpora, perusahaan berbasis di Jakarta yang bergerak di sektor investasi, jasa keuangan, travel, pengiriman barang, dan penerbangan. Namun, komitmen tersebut baru akan terlaksan jika Putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dikabulkan Pengadilan Niaga Surabaya.

Kesepakatan soal suntikan modal itu sendiri sudah dilaksanakan pada 29 Agustus 2018 lalu di Ruang Konferensi Lantai 9 PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA. Para pihak yang menandatangani perjanjian itu adalah Presiden Direktur Merpati Asep Ekanugraha dan Direktur Intra Asia Corpora Kim Johanes Mulia, di depan Notaris Mohamat Hatta dan disaksikan oleh Direktur Utama PPA Henry Sihotang, Direktur Konsultasi Bisnis dan Aset Manajemen PPA Andi Saddawero, Kepala Bidang Restrukturisasi Kementerian BUMN Aditya Dharwantara, serta tim teknis Merpati, Intra Asia Corpora, dan PPA.

Sebagai mitra strategis terpilih, Intra Asia Corpora akan menyetorkan modal dalam dua tahun setelah seluruh persyaratan terpenuhi. Dengan modal itu, Merpati Airlines akan kembali mengurus izin operasinya.

Asep Ekanugraha mengatakan, jika Merpati Airlines beroperasi nanti tidak akan menggunakan pesawat Boeing dan Airbus. “Perusahaan nantinya dalam mengoperasikan penerbangan tidak menggunakan pesawat Boeing atau Airbus tapi akan menggunakan pesawat produksi Rusia. Tapi, pesawat Rusia yang kami gunakan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak,” tutur Asep di Jakarta, Senin (12/11).

MNA juga tidak akan bermain di segmen maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC). Selain akan lebih menyasar penerbangan di wilayah Indonesia timur, pihaknya juga akan melakukan penerbangan ke wilayah Indonesia barat yang dinilai sangat potensial. Juga memungkinkan ke luar negeri.

“Kami sudah belajar dari kejatuhan perusahaan dan saatnya menatap ke depan yang lebih baik. Apalagi, selain pemerintah dan investor swasta yang mendukung, sudah banyak perusahaan asuransi yang ikut mendorong beroperasinya MNA lagi,” ujar Asep.

Struktur organisasi baru PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) juga sudah selesai disusun. Pihak investor swasta menyatakan tidak meminta jatah untuk duduk di struktur organisasi itu. “Investor hanya mau agar dana yang sudah ditanam bisa digunakan sebaik-baiknya, sehingga perusahaan bisa meraup laba seperti yang diharapkan,” kata Asep lagi.

Sementara itu, Kementerian Keuangan sebagai sebagai salah satu kreditur terbesar telah menolak proposal perdamaian dari Merpati Airlines. Jadi, nasib Merpati bergantung pada putusan hakim Pengadilan Niaga Surabaya.

Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kementeriannya akan mendukung Merpati bila memiliki modal yang kredibel. Karena, bila perusahaan diputus bangkrut, pemerintah hanya akan mendapat sisa pinjaman yang didapat Merpati.

“Kalau seandainya mereka memiliki modalitas yang kredibel, kami siap mendukung secara baik. Karena, buat pemerintah kan akhirnya juga, perusahaan itu kalaupun sekarang bangkrut, juga cuma dapat sisa-sisa dari pinjaman yang sudah disalurkan dan tidak bisa dikembalikan,” tutur Sri Mulyani di kantornya, Jakarta, Senin (12/11), sebagaimana diberitakan banyak media.

Kementerian Keuangan, lanjutnya, akan mendorong PPA untuk bisa mencari solusi untuk menyehatkan kembali Merpati. “Jadi, sekarang, nilai ekonomis dan nilai finansial yang paling bagus dan juga nilai untuk bagaimana menciptakan nilai tambah di dalam perekonomian yang kami harapkan dan oleh karena itu kami akan meng-encourage PT PPA untuk melakukan due diligence terhadap apa pun skenario yang mereka tawarkan ke kami. Nanti kami cari yang terbaik,” kata Sri.

Harapannya, Merpati nantinya bisa direvitalisasi dan dihidupkan kembali hingga mendapatkan nilai jualnya. Untuk itu, ungkap Sri Mulyani lagi, Merpati pasti membutuhkan modal baru dengan kreditur yang kredibel tentunya.

“Idealnya tentunya kami berharap perusahaan ini bisa direvitalisasi secara kredibel. Karena, sekarang ini, persoalannya adalah tinggal membandingkan, apabila perusahaan ini tetap bisa dihidupkan dan memiliki nilai ekonomi maupun kegiatan yang bisa menunjang pemulihan keuangannya itu,” tutur Sri.

Penyuntik dana pun, kata Sri Mulyani lagi, harus memiliki kredibilitas. Yang saya inginkan adalah selalu track record, tidak hanya orang yang interested untuk masuk ke Merpati tapi cuma bawa nama, tidak bawa expertise, tidak bawa teknologi, tidak bawa uang, jadi akhirnya cuma bawa nama saja,” ujarnya. [RAF]